Bisnis.com, JAKARTA – PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menargetkan penyaluran pembiayaan senilai Rp70 triliun pada 2023. Adapun, untuk mendukung ekspansi pembiayaan, PNM akan mengandalkan pendanaan yang didominasi dari pasar modal.
Jika dikalkulasikan sejak PNM berdiri, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) itu telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp156,79 triliun kepada nasabah PNM Mekaar.
“InsyaAllah target penyaluran pembiayaan di 2023 mencapai Rp70 triliun, memang kami harus lebih jeli dan kreatif untuk mencari dana, tetapi kami lebih optimis,” kata Direktur Utama PNM Arief Mulyadi saat ditemui di sela-sela acara Media Gathering bertajuk 'Senja di Kampung Madani' di Menara PNM, Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Sementara itu, di tengah ketidakpastian global yang diramal terjadi resesi pada 2023, Arief menuturkan perusahaan harus lebih jeli dan kreatif untuk mencari dana. Meski demikian, Arief tetap optimistis bahwa masih banyak sumber dana yang bisa dimanfaatkan PNM.
"Tahun depan [2023] kami akan lebih banyak berupaya dari pasar modal," ujarnya.
Adapun, PNM telah menyiapkan sejumlah rencana di periode 2023 salah satunya adalah dengan tetap mengakuisisi jumlah nasabah. Hal ini sebagaimana amanat Presiden Joko Widodo yang diharapkan agar nasabah PNM dapat menembus 20 juta pada periode 2024.
“Dengan bertambah luas dan bertambah banyak nasabah, kehadiran negara untuk memberikan kesempatan orang lebih produktif dengan mendapatkan pembiayaan juga semakin meluas,” ungkapnya.
Kedua, akan mengintegrasikan kemampuan, kapasitas, dan aset untuk memberikan nilai tambah kepada para pelaku ultra mikro. Pasalnya, PNM memiliki target untuk memperluas kesempatan masyarakat untuk mengaktualisasikan kemampuan produktif guna mendapatkan permodalan.
Ketiga, dengan mengakselerasi pelaku usaha untuk terus tumbuh guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Di samping itu, Arief menuturkan bahwa PNM juga akan menerbitkan bond atau obligasi syariah di awal 2023, yang sebenarnya direncanakan untuk diterbitkan di akhir 2022.
"Nilainya sambil baca keadaan di pasar, kalau bisa dan peluangnya bagus mungkin sampai Rp4 triliun. Kalau tidak, kita buat bertahap Rp2 triliun. Selebihnya kebetulan dari cash flow internal dari penyaluran masih bisa kami upayakan," tutupnya.