Bisnis.com , JAKARTA — Rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh Asuransi milik negara yang tergabung dalam holding Indonesia Financial Group (IFG), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) dinilai sebagian pengamat sudah tepat.
Pendiri Komunitase Penulis Asuransi dan mantan direksi Jasindo (Juni-Desember 2001) Irvan Rahardjo mengatakan, langkah yang ditempuh Jasindo untuk melakukan transformasi bisnis salah satunya transformasi SDM yang berujung PHK sudah tepat.
“Hal tersebut [PHK] perlu dilakukan, agar ke depannya Jasindo bisa fokus ke kebutuhan korporasi yang dinamikanya cukup tinggi. Pengurangan karyawan di Jasindo bisa jadi akan membuat perusahaan lebih ringan dan lincah. Sehingga perusahaan akan semakin sehat ke depannya,” ujar dia.
Dia menyebutkan kondisi ekonomi tahun depan akan dihadapi dengan resesi dan inflasi global, di sisi lain regulator tengah menggesa pemberlakuan standard internasional IFRS 17 yang resmi digunakan pada 2025. Perlu diketahui, IFRS 17 menjadi isu penting karena merupakan standar internasional baru yang akan merombak total model bisnis asuransi, terutama dari konsep pengakuan pendapatan maupun risiko dan beban.
Untuk itu diperlukan peningkatan kompetensi dan profesionalisme dalam menilai tiap jenis risiko industri dan jasa yang semakin kompleks dengan perubahan teknologi di era disrupsi. “Apalagi, fokus industri asuransi umum mayoritas adalah korporasi. Maka diperlukan SDM yang sangat mengerti risiko berbagai industri,” ujar dia tanpa merinci kompetensi SDM Jasindo yang terdampak PHK.
Irvan mengambil contoh, misalnya Jasindo dengan salah satu produknya yang menyasar industri di bidang pengangkutan/kargo. SDM harus memahami, apa saja risiko dari perusahaan tersebut ketika melakukan pengiriman barang.
Baca Juga
“Sehingga SDM Jasindo bisa memberikan insight yang baik terkait proteksi risiko perusahaan pengangkutan atau kargo,” ujar dia.
Perkembangan bisnis korporasi pun dinilai semakin beragam dan berubah dengan cepat. Sehingga, Irvan mendorong transformasi SDM di Jasindo sekarang juga. Jasindo juga perlu melengkapi SDM dengan tenaga-tenaga berbakat dari berbagai disiplin ilmu untuk meningkatkan kemampuan menilai dan mengelola risiko berbagai industri yang semakin beragam dengan nilai pertanggungan yang semakin besar.
Ia menambahkan, transformasi yang dilakukan Jasindo harus segera dituntaskan. Bila tidak sekarang, maka perusahaan akan dibawa ke jurang yang lebih dalam.
Sebelumnya, manajemen Jasindo telah membuka suara perihal transformasi bisnis dan kelanjutan pemutusan hubungan kerja (PHK) perusahaan.
Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo Cahyo Adi menuturkan bahwa saat ini Jasindo tengah melakukan program transformasi untuk penyehatan perusahaan dan menjaga keberlangsungan usaha (sustainability). Transformasi ini sejalan dengan Rencana Penyehatan Keuangan (RPK) perusahaan yang telah disampaikan Jasindo kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan target dapat diselesaikan pada akhir 2022.
Dalam Rencana Penyehatan Keuangan tersebut, Cahyo mengungkapkan terdapat beberapa perbaikan internal yang dilakukan, antara lain transformasi bisnis dan sumber daya manusia (SDM).
Jasindo menilai, transformasi bisnis dilakukan dengan fokus pada line of business yang menjadi keahlian perusahaan, seperti asuransi marine dan properti.
"Transformasi bidang SDM dilakukan dengan menyesuaikan jumlah karyawan (rightsizing) dalam rangka efisiensi dan peningkatan produktivitas karyawan, tentunya dengan tetap memperhatikan layanan kepada customer," ujar Cahyo.