Bisnis.com, JAKARTA — Krisis pangan menjadi satu isu yang kerap dibahas dalam beberapa waktu terakhir. Kendati sejumlah pihak menilai Indonesia kebal, tetapi tidak sedikit yang menyebutkan bahwa negara ini juga perlu berhati-hati.
Adapun krisis pangan adalah kelangkaan pangan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh masalah distribusi, perubahan iklim, bencana alam, atau konflik sosial termasuk perang.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi beberapa kali menyinggung isu krisis pangan global akibat perang Rusia dan Ukraina. "
"Dampak dari berbagai krisis tersebut dalam ketahanan pangan, energi, dan keuangan, dirasakan di seluruh dunia, terutama di negara berkembang," ujarnya dalam pidato pembukaan KTT G20, Senin (15/11/2022).
Pangan menjadi salah satu sektor yang mendapatkan aliran deras kredit dari bank. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2022, pangan berkontribusi sebesar 7,2 persen terhadap total kredit industri perbankan.
Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI mencatat per September 2022, kredit yang disalurkan ke pertanian dan perkebuhan tumbuh 27 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Baca Juga
Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan hingga akhir Kuartal III/2022, BRI (bank only) telah menyalurkan pembiayaan kepada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar Rp143,9 triliun.
Dia menuturkan peluang pembiayaan ke sektor pertanian dan perkebunan sangat besar, mengingat sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang merupakan penyumbang PDB terbesar.
“Di sisi lain, sektor pertanian mendominasi struktur lapangan kerja di Indonesia. Oleh karenanya sektor pertanian ini akan terus didorong pembiayaan oleh BRI,” kata Aestika kepada Bisnis, Senin (12/12/2022).
Selain pembiayaan, kata Aestika, BRI juga telah menjalankan inisiatif-inisiatif lain dalam mendorong sektor pertanian di Indonesia. Salah satunya yakni melalui program klaster. Melalui program ini diberikan berupa bantuan pemberdayaan usaha produktif yang dapat memberikan dampak berkelanjutan bagi usaha sebuah klaster.
“Misalnya meningkatkan kapasitas produksi, promosi dan pemasaran usaha klaster. Dukungan BRI mendorong keberhasilan usaha klaster ini diproyeksikan akan memberikan dampak juga pada peningkatan dan keberlanjutan bisnis BRI di klaster tersebut,” kata Aestika.
Aestika menuturkan saat ini BRI telah memiliki 14.000 klaster di seluruh Indonesia, dengan 10 persen diantaranya klaster sektor pertanian.
Terpisah, dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), isu krisis pangan menjadi salah satu hal yang kembali mencuat seiring dengan kondisi perubahan iklim.
Organisasi pangan dunia (FAO) menyebutkan terjadi peningkatan jumlah rawan pangan di 53 negara, yang berdampak pada 193 juta jiwa. Angka itu naik 50 juta jiwa dibandingkan dengan tahun lalu. Perbankan dinilai memiliki peran yang cukup besar dalam menghadapi krisis pangan ini.