Bisnis.com, JAKARTA – Pejabat teras Bangkok Bank memperkirakan Asia Tenggara atau Asean akan menjadi tempat berlindung yang aman dari badai resesi, kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, hingga gangguan rantai pasok.
Bangkok Bank merupakan bank regional terbesar ke-6 di Asean. Bank ini tercatat menjadi ultimate shareholder PT Bank Permata Tbk. (BNLI) dengan kepemilikan saham 98,71 persen.
Wakil Presiden Eksekutif Senior dan Direktur Bangkok Bank Kobsak Pootrakool mengatakan Asean akan terpengaruh sementara oleh turbulensi ekonomi global. Meski demikian, Asean akan pulih dan tumbuh lebih cepat dibandingkan bagian dunia lainnya.
“Ekonomi utama Asean, seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam kembali ke jalur pertumbuhan yang berkelanjutan, dan Asean tetap berada di jalur yang tepat untuk menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia pada 2030,” ujarnya dalam satu webinar, Selasa (13/12/2022).
Pootrakool menambahkan bahwa potensi Asean untuk menjadi salah satu ekonomi terbesar di dunia akan didukung oleh pasar yang beragam, demografi positif, digitalisasi, perusahaan yang kuat, dan investasi asing yang bertumbuh.
Sementara itu, Chief Executive Officer Banpu Public Company Limited Somruedee Chaimongkol menambahkan bahwa Asean kini telah menjadi hub internasional bagi sektor manufacturing karena didorong oleh peningkatan investasi dan pertumbuhan PDB yang stabil.
Baca Juga
Selain itu, Asean juga telah meningkatkan proses produksinya ke teknologi industri 4.0, seperti robotika, pencetakan tiga dimensi, dan digitalisasi industri yang lebih luas.
“Hal ini memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya, mendiversifikasi rantai pasokannya, dan membangun jaringan di pasar Asia Tenggara. Diversifikasi sangat penting bagi ketahanan perusahaan dan strategi mitigasi risiko,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah lembaga dunia seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia mengemukakan kekhawatiran mengenai outlook ekonomi global yang masih suram, meskipun didorong oleh pelonggaran kebijakan zero covid China.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan indikator-indikator menunjukkan turunnya pertumbuhan ekonomi global berpotensi terus berlanjut. IMF saat ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi global mencapai 2,7 persen tahun depan, turun dari 3,2 persen pada 2022.