Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah perbankan mulai dari bank besar, bank kecil, hingga bank pembangunan daerah (BPD) gencar menyiapkan strategi dalam mengembangkan transformasi digital tahun 2023.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) misalnya mengembangkan sektor digital pada 2023 dengan berfokus pada penciptaan solusi, produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa BRI juga terus membangun kapabilitas platform teknologi informasi (IT), agile governance, dan talenta digital untuk menjadi organisasi yang inovatif.
BRI juga akan semakin gencar mengembangkan pemanfaatan teknologi terbarukan seperti big data, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) maupun antarmuka pemrograman aplikasi (application programming interface/API).
"Teknologi tersebut memungkinkan nasabah melakukan proses pembukaan rekening kapan pun dan di mana pun," katanya kepada Bisnis pada Rabu (4/1/2023).
Seiring dengan pengembangan kecanggihan teknologi digital itu, BRI tetap memperhatikan keamanan siber. BRI misalnya telah mengadopsi kerangka kerja keamanan siber dari National Institute of Standard and Technology (NIST) dengan lima pilar yakni identify, detect, protect, response, dan recover.
Baca Juga
"Kami lakukan itu karena potensi gangguan dan upaya serangan siber merupakan risiko yang selalu ada dan tak akan bisa terhindarkan dalam bisnis perbankan," kata Aestika.
Dalam menjalankan strategi transformasi digital, BRI membutuhkan dana. Setiap tahun BRI menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp7 triliun hingga Rp8 triliun. “Di mana sekitar 57 persen di antaranya dialokasikan untuk capex IT,” ujarnya.
Begitu juga dengan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan bahwa tren digitalisasi kepada perbankan semakin meningkat terutama saat pandemi Covid-19. Setelah pandemi menjadi endemi pada tahun ini, tren digitalisasi perbankan akan terus berlanjut.
"Kini, banking from anywhere telah menjadi standar baru bagi operasional perbankan," kata Hera.
Dalam merespons tren itu, BCA melakukan berbagai inovasi layanan digital untuk memastikan platform perbankan aman dan andal. Tahun ini, BCA tetap berfokus untuk terus mengembangkan kapabilitas digital dalam melayani nasabah terutama meningkatkan basis nasabah dan jumlah transaksi.
"BCA juga mempertajam fitur aplikasi BCAmobile dan internet banking. Kami memiliki inisiatif digital lainnya seperti aplikasi myBCA sebagai milestone pengembangan super-apps," kata Hera.
BCA juga tetap memperhatikan keamanan siber seiring tren digitalisasi yang masif.
"Kami memiliki standar keamanan, manajemen risiko, liabilitas, serta akuntabilitas untuk mencegah terjadinya kebocoran data," kata Hera.
Menurutnya, seluruh data yang tersimpan pada sistem perseroan terjaga dengan proses serta teknologi proteksi data yang berlapis dan handal.
Dalam menunjang pengembangan teknologi digital itu, BCA menganggarkan dana belanja modal. Pada 2022, belanja modal BCA mencapai Rp5 triliun yang sebagian besar dialokasikan untuk pengembangan IT, digitalisasi perbankan, pengembangan jaringan kantor cabang, serta keamanan siber.
Tidak hanya bank jumbo seperti BRI dan BCA, bank kecil besutan Salim Group yakni PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) juga telah menyiapkan ancang-ancang pengembangan perbankan digital.
Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu mengatakan perseroan berfokus memberikan layanan digital kepada para nasabah dan bekerja sama dengan mitra bank, termasuk mitra Salim Group khusunya melalui open API.
Perseroan juga menyiapkan dana yang lumayan besar untuk pengembangan digital itu. “Capex yang kami siapkan cukup besar lebih kurang 11 digit,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis.
Menurut Daniel, emiten dengan sandi saham BINA tersebut perlu meningkatkan layanan digital kepada masyarakat karena tren digitalisasi di industri perbankan telah menjadi kebutuhan. Oleh karena itu, perseroan perlu meningkatkan layanan digital kepada masyarakat.
Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. atau Bank BJB (BJBR) akan gencar mengembangkan big data dengan AI pada tahun ini. Dua teknologi terkini itu berguna untuk dapat membaca perilaku nasabah lebih tepat. Langkah ini bertujuan meningkatkan fitur serta promosi sesuai dengan kebutuhan.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan bahwa Bank BJB menyiapkan belanja modal IT sampai dengan Rp200 miliar. Dana ini akan difokuskan pada keamanan IT dan pengembangan fitur.
Agar belanja IT lebih efisien, Bank BJB juga aktif berkolaborasi dengan BPD lain. “Sehingga untuk pengembangan layanan digitalnya dapat menggunakan infrastruktur bersama yang kami miliki, sehingga lebih efisien dalam biayanya sekaligus memperluas ekosistem yang dilayani,” pungkas Yuddy.
Tren Digitalisasi Perbankan Tahun 2023
Tren digitalisasi perbankan telah masif terutama didorong oleh pandemi Covid-19. Masyarakat membutuhkan layanan keuangan secara minim kontak saat pandemi, kemudian ditanggulangi oleh keandalan teknologi digital.
Bank Indonesia (BI) mencatat bawa nilai transaksi digital banking tembus Rp4.561,2 triliun per November 2022. Realisasi tersebut memperlihatkan kenaikan sebesar 13,88 persen secara tahunan.
Sementara itu, nilai transaksi uang elektronik (UE) pada November 2022 tumbuh 12,84 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai Rp35,3 triliun.
“Transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat ditopang oleh naiknya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.
Sedangkan, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa meskipun pandemi usai, tren digitalisasi perbankan masih masif. Menurutnya, digital banking akan menjadi era baru di industri perbankan seiring dengan tuntutan pasar, yang kian melaju ke arah ekonomi digital.
“Digital banking akan menjadi satu tonggak sejarah baru di perbankan Indonesia,” ujar Piter.
Tren digitalisasi perbankan juga didorong oleh semakin pesatnya penggunaan internet di Indonesia. We Are Social bersama dengan Hootsuit menyebutkan ada 202,6 juta pengguna internet di Indonesia.
Ekonomi digital di Indonesia pun kian berkembang. Laporan e-Conomy SEA 2021 yang dikeluarkan Google, Bain & Company menyebutkan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi menyentuh US$146 miliar pada 2025.