Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cara Bank Mandiri dan BRI Siasati Defisit Talenta Digital di RI

Bank Mandiri dan BRI pun gencar mengembangkan berbagai program guna mengatasi defisit talenta digital.
Gedung kantor pusat Bank Mandiri. /Bloomberg-Dimas Ardian
Gedung kantor pusat Bank Mandiri. /Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah masifnya digitalisasi termasuk untuk sektor perbankan, talenta digital Indonesia mengalami defisit. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) melakukan sejumlah cara guna menghadapi tantangan itu.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan bahwa dalam upaya transformasi digital di sektor perbankan tahun ini, Bank Mandiri juga turut mengembangkan talenta digital yang ada.

“Bank Mandiri secara konsisten melakukan pengembangan SDM dan penyempurnaan model operasi IT [teknologi informasi] agar memiliki kapabilitas internal IT yang kuat dan solid,” ujarnya, Kamis (5/1/2023).

Bank Mandiri juga menggelar program My Digital Academy untuk pengembangan talenta digital. Program tersebut mengangkat konsep innovation bootcamp yang dilanjutkan dengan pemberian beasiswa kuliah hingga golden ticket untuk bergabung dengan Bank Mandiri bagi peserta terpilih berdasarkan hasil evaluasi.

Adapun, lewat kehadiran program ini Bank Mandiri memberikan pelatihan insentif secara virtual selama satu bulan dengan kurikulum yang relevan sesuai perkembangan di bidang Teknologi Informasi saat ini, seperti fundamental UI/UX, data analysis, UI design, wireframing, dan masih banyak lagi termasuk juga pelatihan soft skill.

Selain pelatihan intensif, Bank Mandiri juga memberikan segudang benefit lainnya seperti sertifikasi IT dengan kredibilitas yang diakui secara nasional dan internasional. Benefit ini diberikan untuk memastikan bahwa para peserta mendapatkan pengalaman, pengetahuan, dan dinilai sebagai talenta digital berkualitas.

Begitu juga dengan BRI. Corporate Secretary BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan bahwa dalam menjalankan transformasi digital tahun ini, BRI turut memperhatikan pengembangan talenta digitalnya. “Kami terus membangun kapabiltas platform IT, agile governance, dan talenta digital untuk menjadi organisasi yang inovatif,” ujar Aestika.

Dalam mengembangkan talenta digitalnya, secara khusus BRI membentuk BRILiaN Development Centre. Pusat pengembangan itu berfungsi mengawal penyiapan sistem dan digitalisasi proses bagi pekerja.

BRILiaN Development Centre memiliki strategi tersendiri dalam meningkatkan talent attraction, seperti melalui multi channel from multi sources. Multi channel adalah gerbang masuk calon Insan BRILiaN untuk bergabung dengan BRI. Ada beberapa-program yang ditawarkan oleh BRI melalui multi kanal ini antara lain BRILiaN Future Leader Program, BRILiaN Next Leader Program (BNLP) dan BRILiaN Banking Officer Program (BBOP).

Sebagaimana diketahui, digitalisasi di sektor jasa keuangan, termasuk perbankan begitu masif terdorong pandemi Covid-19. Masyarakat membutuhkan layanan keuangan secara minim kontak saat pandemi, kemudian ditanggulangi oleh keandalan teknologi digital.

Bank Indonesia (BI) mencatat bawa nilai transaksi digital banking tembus Rp4.561,2 triliun per November 2022. Realisasi tersebut memperlihatkan kenaikan sebesar 13,88 persen secara tahunan. Sementara itu, nilai transaksi uang elektronik (UE) pada November 2022 tumbuh 12,84 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai Rp35,3 triliun.

“Transaksi ekonomi dan keuangan digital meningkat ditopang oleh naiknya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers.

Namun, seiring dengan masifnya digitalisasi, Indonesia mengalami defisit talenta digital. Riset McKinsey mengungkapkan Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital selama periode 2015–2030. Jika dihitung secara rata-rata, maka per tahunnya Indonesia butuh 600.000 talenta digital, sedangkan kemampuan perguruan tinggi dalam menyuplai talenta digital setiap tahunnya hanya sekitar 100.000-200.000 orang, yang berarti ada gap sekitar 400.000-500.000 orang.

Sebanyak 100.000-200.000 tenaga kerja digital yang tersedia itu pun menjadi rebutan perusahaan-perusahaan yang tengah melakukan transformasi digital ataupun yang baru saja mendirikan perusahaan berbasis digital, tidak terkecual industri keuangan seperti perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper