Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi akan Kerek Klaim Asuransi

Industri asuransi diperkirakan bakal menghadapi masalah serius pada tahun ini, yaitu meningkatnya klaim akibat inflasi.
Asuransi
Asuransi

Bisnis.com, JAKARTA— Inflasi klaim disebut akan kembali menghantam industri asuransi pada 2023. Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira membenarkan hal tersebut. 

“Memang ancaman inflasi klaim ini sangat serius, karena memang klaimnya meningkat. Contohnya dari asuransi kredit perbankan karena khawatir non-performing loan [NPL] yang naik,” kata Bhima kepada Bisnis, Kamis (12/1/2023).

Bhima bahkan memprediksi bahwa klaim dari industri perbankan akan terus meningkat pada 2023. Peningkatan tersebut berdampak pada profitabilitas kesehatan dari perusahaan asuransi. 

Kondisi peningkatan harga barang konsumen menurut Bhima mampu mempengaruhi premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi jadi lebih rendah. Selain itu, dia juga menilai penjualan kendaraan bermotor kemungkinan belum optimal karena berbagai situasi geopolitik perang maupun ekonomi paska pandemi Covid-19. 

Dalam kondisi tersebut, Bhima menilai bahwa perusahaan asuransi harus meningkatkan permodalannya, salah satunya dengan menerbitkan saham baru atau right issue.

“Ataupun dengan konsolidasi sesama perusahaan asuransi, misalnya kemudian konsolidasi juga bisa dalam rangka memangkas anak usaha yang tidak memiliki prospek ataupun tidak memiliki profitabilitas dan risikonya relatif tinggi,” paparnya. 

Perusahaan menurut Bhima juga perlu memperbaiki manajemen risiko. Termasuk hati-hati dalam  menawarkan produk-produk asuransi kepada segmen tertentu. 

“Yang dikhawatirkan akan membuat klaim ke depannya menjadi lebih tinggi,” katanya, 

Selain manajemen risiko, perusahaan juga harus menghindari strategi pricing dari premi. Seperti hanya mengejar promo untuk menarik lebih banyak nasabah, tetapi mengorbankan pendapatan dari preminya. Hal tersebut berpotensi berpengaruh terhadap liguitas perusahaan asuransi. 

Bhima juga menyarankan perusahaan asuransi untuk memperluas kanal ke segmen yang terus tumbuh, seperti logistik retail atau parcel dan asuransi perjalanan. 

“Bisa kerjasama dengan online travel agent, jadi varian produk asuransi yang profitable yang profitabilitasnya cukup baik dan resikonya relatif kecil itu yang harus didorong. Nah itu mungkin salah satu cara agar klaimnya tidak tumbuh,” tandasnya. 

Pada 2022, Direktur PT Asuransi Sinar Mas Dumasi MM Samosir pun menilai kenaikan laju inflasi akan turut mendorong kenaikan beban klaim pada bisnis asuransi umum, terutama pada lini bisnis asuransi kesehatan dan asuransi kendaraan bermotor.

Menurutnya, hal tesebut disebabkan komponen-komponen yang masuk dalam pertanggungan perusahaan asuransi, seperti obat-obatan dan sparepart kendaraan bermotor akan mengalami kenaikan harga akibat inflasi.

"Klaim pasti meningkat. Biasanya inflasi naik sedikit saja harga obat-obatan langsung naik, sparepart mobil langsung naik. Jadi memang mungkin akan banyak efeknya ke situ sih," kata Dumasi kepada Bisnis, pada September 2022.

Di sisi lain, firma hukum global dalam bidang asuransi, konstruksi, energi, kelautan, sumber daya alam, dan penerbangan, Clyde & Co, menyebutkan inflasi klaim akan kembali berdampak kepada industri asuransi pada 2023. Terutama karena ketidakpastian ekonomi dan kondisi perang di Ukraina. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper