Bisnis.com, JAKARTA — Bank milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo yakni PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) dan bank milik James Riady PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) dikabarkan akan merger pada tahun ini.
Berdasarkan sumber yang mengetahui proses tersebut, bank milik Hary Tanoesudibjo dan James Riady itu hendak melebur untuk memenuhi ketentuan modal inti minimal Rp3 triliun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Namun, manajemen Bank MNC dan Bank Nobu belum memberikan tanggapan terkait aksi korporasi tersebut hingga berita ini ditayangkan pada Rabu (8/2/2023).
Bank MNC dan Bank Nobu memang belum sama sekali mengumumkan pemenuhan modal inti Rp3 triliun mereka hingga saat ini. Padahal, berdasarkan Peraturan OJK No.12/POJK.03/2020, bank umum wajib mempunyai modal inti minimum Rp3 triliun dengan batas waktu hingga 31 Desember 2022.
Mengacu pada laporan keuangan kedua perseroan per September 2022, baik Bank MNC dan Bank Nobu memang mencatatkan modal inti kurang dari ketentuan OJK itu. Bank MNC mencatatkan modal inti Rp2,07 triliun per kuartal III/2022, sementara Bank Nobu mencatatkan modal inti Rp1,59 triliun. Apabila merger, modal inti gabungan baru mencapai ketentuan OJK di atas Rp3 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae juga sempat memberikan sepotong informasi mengenai merger dua bank pada konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023.
"Dua bank ini cukup lumayan besar, nanti kita tunggu prosesnya, apakah diproses di pasar modal atau bagaimana. Kemungkinan Juni selesai proses mergernya," katanya pada Senin (6/2/2023).
Dian mengatakan bahwa saat ini kedua bank sedang mengerjakan urusan administratif dan legal terkait merger.
Kinerja Laba hingga Aset BABP dan NOBU
Meski modal inti minim, kedua bank mencatatkan kinerja keuangan yang apik pada 2022. Bank MNC misalnya pada kuartal III/2022 mencatatkan laba bersih Rp57,51 miliar, melesat 897,17 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Sementara, Bank MNC mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit 22,89 persen per kuartal III/2022 menjadi Rp10,02 triliun. Pertumbuhan kredit ini membuat aset bank menebal menjadi Rp15,34 triliun.
BABP juga mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) 8,09 persen menjadi Rp11,19 triliun per September 2022.
Begitu juga dengan bank milik James Riady yang mencatatkan pertumbuhan laba 48,9 persen yoy menjadi Rp75,43 miliar pada kuartal III/2022.
Bank Nobu juga mencatatkan pertumbuhan aset 29,9 persen yoy menjadi Rp21,24 triliun per September 2022. Hal ini seiring pertumbuhan kredit yang naik dari Rp9,12 triliun per September 2021 menjadi Rp12 triliun per September 2022.
DPK NOBU juga tumbuh dari Rp12,8 triliun pada kuartal III/2021 menjadi Rp15,4 triliun pada kuartal III/2022.
Sebagaimana diketahui, kedua bank yang dikabarkan merger itu merupakan bank milik konglomerat ternama Tanah Air.
Bank MNC merupakan bank milik taipan Hary Tanoesoedibjo. Berdasarkan komposisi kepemilikan Bank MNC, PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) mempunyai porsi kepemilikan 50,1 persen di Bank MNC. Kemudian, Winfly Ltd mempunyai porsi kepemilikan 14,61 persen.
Sementara itu, Bank Nobu merupakan bank milik Lippo Group. Pada akhir tahun lalu, pendiri Lippo Group James Tjahaja Riady resmi menjadi pemegang saham pengendali (PSP) terakhir atau ultimate shareholder PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU), menggantikan ayahnya Mochtar Riady.
James Riady melalui PT Putera Mulia Indonesia (PMI) menjadi PSP setelah mendapatkan pengalihan 1 miliar lembar saham atau setara 21,7 persen saham NOBU, dari PT Kharisma Buana Nusantara (KBN) milik Mochtar Riady.
Transaksi yang berlangsung pada 7 Desember 2022 ini dilakukan dengan harga pengalihan sebesar Rp600 per saham atau seluruhnya mencapai Rp600 miliar di bursa.