Bisnis.com, JAKARTA - PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk meningkatkan kinerja bisnis pada 2023, melanjutkan pemulihan kinerja sepanjang 2022.
Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu menjelaskan langkah strategis akan direalisasikan dalam sejumlah area, baik aspek operasional, teknis, dan infrastruktur penunjang keberhasilan inisiatif strategis perusahaan.
Salah satunya, Indonesia Re akan terus memacu perbaikan kualitas portofolio bisnis. Indonesia Re akan tetap mengembangkan akseptasi dan seleksi risiko bisnis dengan loss ratio dan performa yang baik, serta tetap memperhatikan manajemen risiko yang terukur.
"Perbaikan portofolio akan dilakukan dengan membatasi akseptasi lini bisnis finansial dan sektor kredit secara ketat dan selektif. Perbaikan portofolio diikuti dengan strategi bisnis yang dilakukan pada masa renewal treaty Januari 2023," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (10/2/2023).
Didorong hardening market yang menyebabkan adanya kenaikan harga di tingkat retrosesi, dalam bisnis treaty non-life yang merupakan salah satu tulang punggung untuk pendapatan, Indonesia Re melakukan penyesuaian dan perbaikan bisnis yang dilakukan penutupan.
Sebagai informasi, hardening market atau hard market merupakan terminologi yang umum digunakan di industri asuransi dan reasuransi ketika sulit untuk mendapatkan cover atau back-up. Situasi ini terjadi ketika tiga indikator yakni harga atau premi meningkat, terms and condition diperketat, dan kapasitas menciut atau berkurang.
Benny menyampaikan Indonesia Re telah melakukan komunikasi intensif terkait perbaikan portofolio dan kondisi hardening market kepada para klien sejak kuartal III/2022. Upaya itu berpengaruh terhadap pembaruan program treaty para mitra perusahaan asuransi (ceding company) yang dimulai sejak Januari 2023.
Ini mmembuat Indonesia Re berfokus pada sejumlah area konsentrasi (areas of concern), yakni penyesuaian harga premi, treaty balance dengan melakukan restruktur treaty perusahaan asuransi, hidden accumulation dan konsentrasi risiko, serta pembatasan pada terms and conditions.
"Sejumlah langkah dalam areas of concern itu semestinya ke depan akan mendukung hasil underwriting bersih atau HUB yang meningkat, dan nantinya akan mendorong kenaikan risk based capital RBC," ujarnya.
Langkah perbaikan portofolio sejak 2017 telah dilakukan oleh Indonesia Re, khususnya pada produk-produk yang memberikan hasil negatif. Pada 2022, Indonesia Re juga secara khusus melakukan perbaikan portofolio secara masif untuk produk-produk yang terdampak pandemi seperti produk Asuransi Jiwa Kredit (AJK), Asuransi Kredt (Askred) dan produk asuransi individu kesehatan.
Eksplorasi Bisnis Baru
Di samping perbaikan portofolio, Indonesia Re pun berencana melakukan eksplorasi bisnis baru untuk 2023 untuk melanjutkan pemulihan kinerja. Hal itu dilakukan melalui kerja sama dengan cedant dan stakeholder lain, di antaranya dengan menyiapkan asuransi untuk mobil listrik, pembangunan Ibu Kota Negara, pengembangan reasuransi untuk aset BUMN, dan energi terbarukan.
Benny menjelaskan asuransi properti masih menjanjikan pada 2023 sehingga Indonesia Re akan melakukan penjajakan mengenai penutupan aset BUMN. Perusahaan juga akan mengeksplorasi bisnis lainnya yang juga mendukung program pemerintah, tren kendaraan bermotor listrik, serta area bisnis baru lainnya.
Untuk lini bisnis reasuransi jiwa, Indonesia Re akan secara aktif meningkatkan porsi bisnis produk asuransi individu jiwa. Pasalnya, lini bisnis ini selalu memberikan hasil positif dalam portofolio Indonesia Re.
Pada 2019, porsi asuransi individu jiwa dalam portofolio bisnis perseroan mencapai 26 persen, sedangkan hingga September 2022 porsinya meningkat menjadi 38 persen.
Strategi lain yang akan ditempuh Indonesia Re adalah perbaikan pengelolaan aset atau portofolio Investasi. Hal ini ditempuh melalui penguatan tata kelola, kebijakan investasi dengan pendekatan liability driven Investment dan strategi yang lebih memprioritaskan aspek solvabilitas dan manajemen risiko.
Indonesia Re juga akan memacu efisiensi biaya dengan pemanfaatan teknologi secara optimal yang diharapkan memberikan dampak positif dalam hal penghematan biaya operasional perusahaan.
Selain itu, Indonesia Re merencanakan penguatan permodalan. Benny mengatakan Kementerian BUMN memberikan sinyal positif terkait dukungan penambahan modal kepada Indonesia Re pada 2023. Pihaknya saat ini sedang menunggu surat resmi KBUMN terkait dukungan penambahan modal.
Dalam hal ini, Indonesia Re juga sedang melakukan pengajuan tambahan modal kepada pemegang saham melalui PMN [penyertaan modal negara] dan untuk memperbaiki struktur permodalan Perusahaan mengusulkan untuk mengkonversi liabilitas RDI menjadi PMN nontunai.
Saat ini, program perbaikan portofolio di Indonesia Re sudah on the track dan hasilnya sudah dirasakan di akhir tahun 2022, di mana tingkat profitabilitas reasuransi jiwa Indonesia Re sudah mengalami kenaikan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2021.
Adapun, berdasarkan laporan keuangan unaudited per kuartal IV/2022, Indonesia Re membukukan kerugian sebesar Rp261,62 miliar. Tercatat mengalami perbaikan sekitar 50,52 persen dibandingkan tahun sebelumnya yakni minus Rp517,86 miliar. Adapun, rasio pencapaian solvabilitas atau risk based capital (RBC) perseroan tercatat sebesar 129,09 persen.
Benny menjelaskan kinerja bisnis perseroan itu dipengaruhi sejumlah faktor. Salah satunya adalah portofolio bisnis reasuransi jiwa yang sangat terdampak oleh lonjakan klaim dari produk asuransi kesehatan dan AJK akibat merebaknya varian Delta Covid-19 pada kuartal IV/2021.
Lini bisnis reasuransi jiwa, jelasnya, masih terdampak klaim Covid-19 pada 2021 lantaran pelaporan klaimnya masuk di kuartal I/2022 atau mengalami keterlambatan (claim delay). Di samping itu, masih ada klaim Covid-19 yang terjadi pada 2022 yang mayoritas berasal dari produk asuransi kesehatan.
Namun sampai dengan bulan Desember 2022, total klaim Covid-19 sudah jauh menurun dibandingkan dengan tahun 2021. Total klaim Covid-19 2021 sebesar Rp325 miliar dan total klaim Covid-19 sampai Desember 2022 sebesar Rp98 miliar.
Dampak Covid-19 juga memengaruhi kinerja underwriting sektor reasuransi umum. Secara tidak langsung, lini usaha aneka khususnya lini finansial yang mencakup suretyship dan asuransi kredit, membukukan nilai klaim sekitar Rp200 miliar pada 2021. Sampai dengan Desember 2022, hasil underwriting sektor asuransi kredit minus Rp123 miliar.