Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI: Kenaikan Suku Bunga Acuan Tak Diperlukan Lagi

Gubernur Bank Indonesia (BI) menganggap kenaikan suku bunga acuan tak diperlukan lagi. Kode apa nih?
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Youtube Bank Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (16/2/2023). Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa dengan kenaikan suku bunga acuan hingga 5,75 persen, maka tidak diperlukan lagi kenaikan suku bunga lanjutan.

Perry Warjiyo memandang tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) saat ini memadai untuk menurunkan tingkat inflasi ke depan.

“Kita memandang dan meyakini bahwa suku bunga BI rate itu memadai, memadai dalam arti ya tidak diperlukan suatu kenaikan lagi, itulah stance dari kebijakan moneter,” katanya dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).

Sebagaimana diketahui, Rapat Dewan Gubernur BI pada 15 dan 16 Februari ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen.

BI menilai tingkat suku bunga tersebut memadai untuk memastikan inflasi inti tetap berada dalam kisaran 2–4 persen pada semester I/2023 dan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke pada sasaran 2–4 persen pada semester II/2023.

Menurutnya, laju inflasi di dalam negeri menurun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Inflasi IHK pada Januari 2023 tercatat rendah sebesar 0,34 persen secara bulanan.

Secara tahunan, inflasi pada periode tersebut tercatat sebesar 5,28 persen, lebih rendah dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,51 persen.

Penurunan inflasi ini kata Perry didorong oleh penurunan inflasi inti dan inflasi komponen harga yang diatur pemerintah, serta inflasi pangan bergejolak (volatile food) yang terjaga. 

“Perkembangan ini sebagai dampak positif kebijakan moneter BI yang front loaded, preemptive, dan forward looking dalam mengendalikan inflasi dengan didukung pengendalian inflasi volatile food melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan [GNPIP],” jelasnya

Selain itu, BI juga memandang prospek perekonomian Indonesia akan terus membaik, dengan pertumbuhan yang diperkirakan cenderung bias ke atas pada kisaran 4,5-5,3 persen pada 2023.

Di samping konsumsi rumah tangga dan ekspor yang menguat, Perry mengatakan investasi juga diperkirakan membaik, yang didorong oleh perbaikan prospek bisnis, peningkatan aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) yang berlanjut.

Gubernur BI: Kenaikan Suku Bunga Acuan Tak Diperlukan Lagi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper