Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Modal Ventura: Dampak SVB Ada, tapi Minim

Chairman of Supervisory Board Amvesindo Jefri R. Sirait mengatakan Indonesia perlu waspada terhadap runtuhnya Silicon Valley Bank, tapi tidak perlu panik.
Nasabah mengantre di luar kantor pusat Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, AS, pada hari Senin, (13/3/2023). Runtuhnya Silicon Valley Bank telah mendorong perhitungan global pada perusahaan modal ventura dan ekuitas swasta, yang mendapati diri mereka tiba-tiba terekspos secara bersamaan ke mesin uang industri teknologi. /Bloomberg-David Paul Morris
Nasabah mengantre di luar kantor pusat Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, AS, pada hari Senin, (13/3/2023). Runtuhnya Silicon Valley Bank telah mendorong perhitungan global pada perusahaan modal ventura dan ekuitas swasta, yang mendapati diri mereka tiba-tiba terekspos secara bersamaan ke mesin uang industri teknologi. /Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA — Chairman of Supervisory Board Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R. Sirait menilai dampak bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) minim terhadap Indonesia.

Jefri menyebutkan bahwa pengaruh SVB terhadap ekosistem modal ventura dan startup di Indonesia kemungkinan ada. Akan tetapi dia mengatakan bahwa hal tersebut tidak serta merta membuat panik. 

"Jangan panik, tapi tetap aware. Kenapa harus aware, karena secara industri kita mengerti setiap ada satu atau dua bank di satu negara itu bisa bangkrut itu ada keterkaitan satu sama lain," kata dia saat dihubungi Bisnis, Jumat (17/3/2023). 

Sementara itu, secara khusus, Jefri juga mengatakan bahwa Gayo Capital, perusahaan yang dia pimpin, tidak terdampak bangkrutnya SVB. "Tidak ada keterkaitan kami langsung dalam hal ini," kata Jefri selaku Co Founder & Managing Partner at Gayo Capital. 

Sementara itu, menurutnya, kebutuhan pendanaan startup bisa saja terganggu dengan adanya kasus tersebut. Dengan demikian, dia menyarankan agar perusahaan modal ventura dan startup untuk membuat contingency plan untuk menyiapkan sumber dana yang lain.

Diberitakan sebelumnya, SVB, bank dengan urutkan ke-16 yang terbesar di Amerika Serikat telah mengalami kebangkrutan. Bank yang berfokus pada pendanaan startup itu melakukan investasi di berbagai sekuritas, termasuk Available for Sale (AFS) Securities.

SVB menjual hampir semua sekuritas AFS-nya dengan kerugian US$1,8 miliar atau setara dengan Rp27,6 triliun. Pada Rabu (8/3/2023), SVB mengumumkan pada para pemegang saham bahwa mereka telah menjual semua AFS-nya secara substansial.

Hingga saat ini, belum ada yang tahu mengapa SVB menjual sekuritasnya begitu banyak. Namun, ada beberapa pandangan yang menilai bahwa hal tersebut berkaitan dengan fakta para startup yang belum menyetorkan banyak modal dalam beberapa bulan terakhir karena adanya kendala ekonomi akibat inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper