Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Modal Ventura BCA (BBCA) Yakin Kebal dari Dampak SVB Bangkrut

BCA (BBCA) memiliki unit bisnis modal ventura yang fokus pada pendanaan startup dan fintech.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja. /Istimewa
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Jahja Setiaatmadja memastikan unit bisnis perusahaan yang fokus pada bidang investasi startup dan fintech yakni Central Capital Ventura (CCV) tidak terdampak dari runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB).

Sebagaimana diketahui SVB, salah satu bank menengah di Amerika Serikat (AS) yang kerap menjadi andalan perusahaan rintisan atau startup, kolaps dalam kurun waktu 48 jam usai mengalami rush money.

"Karena ini [Central Capital Ventura] baru berjalan beberapa tahun, jadi persentase kepemilikan kita atas startupnya masih relatif kecil, jadi dampaknya relatif kecil," jelas Jahja saat ditemui di Jakarta, Rabu (15/3/2023).

Jahja berkeyakinan bahwa krisis yang sebagaimana terjadi di AS khususnya yang menimpa Silicon Valley Bank, Silvergate Bank, hingga Signature Bank tidak akan dirasakan efeknya di dalam negeri. Oleh karena itu, dia optimis bahwa unit usaha bisnis yang berfous pada pembiayaan modal ventura milik BBCA akan tetap lincah dalam menjalankan bisnisnya.

"Jadi stratup harus terus didukung karena ini akan terus berkembang, tapi memang harus hati-hati. Dan yang baiknya startup itu bukan menggunakan uang pinjaman [untuk ekspansi], tapi dari investor yang rela hilang uangnya sekaligus juga siap mendapat profit kalau value chain naik," tambahnya.

Adapun, Jahja menambahkan, latar belakang lahirnya CCV didorong oleh realita bahwa perusahaan rintisan kerap kali kesulitan mendapatkan pendanaan dari bank. Bukan tanpa alasan, faktor ketidakpastian arus kas menjadi pertimbangan utama bank dalam memberikan pendanaan.

"Tapi kalau mengundang angel investor masuk yang berani ambil risiko, setidaknya 3 hingga 4 tahun mereka [CCV] masuk sudah bisa jadi startup yang berhasil,"jelasnya.

Di samping itu, Jahja juga melihat terdapat perbedaan yang signifikan antara SVB dan unit usaha modal ventura yang belakangan rajin digarap oleh sejumlah perbankan RI. Adapun, dalam analisisnya, Jahja menilai bahwa SVB tidak semata-mata bangkrut hanya karna memberikan pendanaan kepada startup.

"Pertama mereka hanya menerima nasabah-nasabah besar. Artinya, kalau nasabah-nasabah besar ini keluar, mereka harus menyediakan dana yang besar," jelasnya.

Kedua, Baik SVB, Silvergate dan Signature Bank yang baru saja ditutup oleh otoritas AS sama-sama aktif hanya mengandalkan nasabah-nasabah fintech dan stratup yang dinilai belum mampu memberikan cashflow yang stabil.

"Startup itu sorry to say, memang banyak startup yang sukses sebagai decacorn hingga unicorn, tapi jangan lupa yang jadi popcorn juga banyak," kelakarnya.

Ketiga, Jahja melanjutkan, dalam menjalankan bisnisnya bank-bank di Amerika dinilai terlalu mengandalkan obligasi US Treasury jangka panjang. Adapun, kaitannya dengan bangkrutnya Silicon Valley Bank adalah dikarenakan bank tersebut meletakkan simpanan wholesale ke dalam terasury bills jangka panjang.

Alhasil, ditengah tren suku bunga agresif yang ditetapkan oleh The Fed untuk menjaga laju inflasi, maka treasury bills yang dimiliki SVB menjadi perantara  yang mengguncang kestabilan bisnis bank.

Sekilas mengenai CCV, unit bisnis ini merupakan modal ventura yang didirikan oleh BBCA. Tujuannya, CCV diharapkan mampu meningkatkan sinergi dan inovasi kewirausahaan untuk memberdayakan ekosistem persoan dan mendukung pertumbuhan Indonesia.

Mengutip portofolio dari laman resmi Central Capital Ventura, hingga saat ini tercatat telah mendanai 25 perusahaan startup dan fintech, di antaranya, Akseleran, Agate, GPN, Paxel, hingga Bananas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Alifian Asmaaysi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper