Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) menyoroti dampak kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) terhadap perusahaan rintisan (startup).
“Kemarin ada isu salah satu bank di Amerika [Silicon Valley Bank] itu kolaps sehingga menyebabkan beberapa hal yang terjadi, khususnya di startup,” kata Wakil Sekretaris Jenderal II AFTECH Firlie Ganinduto dalam Media Luncheon AdaKami di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
Firlie menjelaskan bahwa runtuhnya SVB berimbas pada perusahaan startup lantaran mayoritas nasabah Silicon Valley Bank merupakan sebuah lembaga yang menyediakan atau memberikan pendanaan kepada perusahaan (venture capital).
Seperti diketahui, lanjutnya, venture capital adalah pendana utama untuk para startup di berbagai belahan dunia.
Menurutnya, kondisi ekonomi global yang tidak menentu juga akan berimbas ke Indonesia, termasuk dari sisi perbankan yang akan mengetatkan proses operasional dan sisi prudent.
Oleh karena itu, Firlie menilai bahwa Indonesia perlu menentukan arah dan kebijakan di tengah ekonomi global yang semakin menantang.
Baca Juga
“Mungkin pemerintah juga akan wait and see melihat situasi yang akan terjadi, mulai dari inflasi hingga ada beberapa asumsi yang terkoreksi. Ini tentunya penting bagi Indonesia untuk menentukan arah kebijakan,” ujarnya.
Namun demikian, dia menyebut bahwa sejatinya perekonomian Indonesia terbantu oleh UMKM. Maka dari itu, UMKM harus tetap didorong karena merupakan ujung tombak perekonomian di Indonesia.
Menurutnya, kolaborasi antara financial technology (fintech) dengan perbankan merupakan sinergi untuk mencapai inklusi keuangan dan membantu para UMKM dapat terus bertumbuh. Dengan demikian, kehadiran fintech dapat membantu perekonomian Indonesia.
“Fintech memiliki teknologi tertentu untuk memitigasi risiko yang lebih fokus dan lebih terarah, sehingga para pemain fintech bisa memberikan fasilitas berupa permodalan untuk memberikan kesempatan kepada UMKM,” pungkasnya.