Bisnis.com, JAKARTA – Bank milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) berhasil meraup laba bersih Rp52,5 miliar pada 2022. Angka tersebut melesat 308,24 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan laba tahun sebelumnya Rp12,86 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, peningkatan laba perseroan didorong kenaikan pendapatan bunga dari Rp979,93 miliar pada 2021 menjadi Rp1,15 triliun pada 2022. Sementara beban bunga menyusut dari Rp552,43 miliar pada 2021 menjadi Rp482,93 miliar pada 2022.
Alhasil, pendapatan bunga bersih emiten bank berkode BABP itu naik 57,05 persen yoy menjadi Rp671,41 miliar pada 2022.
Selain itu, laba Bank MNC didorong oleh peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based income 40,88 persen yoy menjadi Rp83,94 miliar pada 2022.
Rasio profitabilitas bank pun membaik. Imbal ekuitas (return on equity/ROE) BABP naik 156 basis poin (bps) dari menjadi 2,5 persen pada 2022. Kemudian imbal aset (return on asset/ROA) tumbuh 86 bps menjadi 1,04 persen per 31 Desember 2022.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) Bank MNC juga naik dari level 3,8 persen pada 2021 menjadi 4,95 persen pada 2022.
Baca Juga
Pada sisi intermediasi, Bank MNC telah menyalurkan kredit Rp10,19 triliun pada 2022, naik 19,88 persen yoy. Aset BABP kemudian naik 20,34 persen yoy menjadi Rp16,86 triliun pada 2022.
Peningkatan kredit diimbangi dengan penjagaan kualitas aset. Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BABP susut 89 bps menjadi 3,53 persen pada 2022. Kemudian, NPL nett turun 60 bps menjadi 2,21 persen.
Pada sisi pendanaan, Bank MNC telah mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) Rp13,15 triliun pada 2022, naik 17,09 persen yoy. Meski begitu, dana murah atau current account savings account (CASA) Bank MNC susut dari Rp3,24 triliun menjadi Rp3,2 trilliun.
Merger BABP dan NOBU
Sementara itu, Bank MNC sendiri akan merger dengan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) entitas Grup Lippo tahun ini. Secretary Group Head Bank MNC Heru Sulistiadhi menyampaikan terkait dengan merger, pihak yang paling berkompeten untuk menjelaskan adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Sampai dengan saat ini tidak ada informasi yang dapat memengaruhi kelangsungan perusahaan," jelasnya dalam keterangan tertulis ke Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa waktu lalu.
Kepala Eksekutif Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae telah mengatakan pihaknya menyambut baik apabila ada inisiatif merger dari perbankan seperti yang kemudian diajukan oleh Bank Nobu dan Bank MNC.
Kedua bank diperkirakan akan akan merger pada Agustus 2023. Dian mengatakan kedua bank telah menyampaikan rencana merger sebelum batas waktu terakhir pemenuhan ketentuan modal inti Rp3 triliun pada 31 Desember 2022.
"Terkait dengan merger 2 bank yakni Bank MNC dan Bank Nobu, mereka sudah mengajukan rencana merger sebelum deadline pada 2022 kemarin. Jadi memang ini sedang dalam proses sudah ada tim merger dan sudah ada langkah-langkah realisasi mergernya," jelasnya.
Di sisi lain, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan aksi merger kedua bank milik konglomerat ini merupakan hal yang umum dilakukan untuk meningkatkan shareholder value.
Proses untuk merger kedua bank, kata Nyoman, tentu sudah memiliki skema yang menentukan pihak mana yang akan menjadi dominan.
"Bursa akan mempelajari skemanya seperti apa, termasuk entitas yang eksis nanti,” katanya saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, awal bulan ini (6/3/2023).
Selain mempelajari skema yang ada, Bursa juga akan melakukan evaluasi terhadap dokumen awal yang sudah diserahkan. Dari skema dan evaluasi tersebut, Bursa akan melihat shareholder value yang ingin ditingkatkan kedua emiten.