Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank HSBC Indonesia memproyeksikan aset perbankan nasional akan tumbuh secara terbatas pada tahun ini menjelang pesta demokrasi pemilu 2024.
Managing Director and Head of Securities Services Ali Setiawan menuturkan pertumbuhan aset menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah industri perbankan seiring dengan melemahnya transaksi pada sektor korporasi.
"Tahun ini kita akan memasuki periode pemilu dan kampanye, biasanya demand dari corporate sector akan lebih slowing down sehingga itu yang mungkin berimbas pada opportunity aset growth bagi perbankan," jelasnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (10/4/2023).
Namun demikian, Ali menambahkan, secara keseluruhan kinerja keuangan perbankan akan mengalami pertumbuhan pada tahun ini.
Hal tersebut didorong oleh beberapa faktor. salah satunya, perbaikan kesehatan aset yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) perbankan yang terus mengalami perbaikan seiring dengan berakhirnya masa restrukturisasu kredit.
"Banyak dari NPL yang terakumulasi di beberapa tahun terakhir sepertinya sudah beres dan tinggal sisa sisanya saja. Jadi, bisa dilihat sih untuk tahun ini peforma untuk perbankan akan kelihatan bagus dan kinclong banget. Karena dari sisi provisi yang sudah mereka masukan bisa di release," jelas Ali.
Baca Juga
Di samping itu, tren suku bunga yang masih tinggi juga turut mendorong bank dalam meraih profit, khususnya pada perbankan dengan portofolio banking yang sudah cukup tinggi.
Menyiasati tantangan pertumbuhan aset tersebut, HSBC Indonesia akan fokus menggarap transaksi domestic loan atau dari sisi capital market.
"Strategi dilakukan baik dari sisi transaksi maupun konsultasi domestik, peminjaman, atau dari pasar modal," tambah Ali
Senada, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan bahwa jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 di perbankan pada Februari 2023 terus mencatatkan penurunan menjadi Rp427,7 triliun.
"Jika dibandingkan puncak pandemi, ini setengahnya sudah drop," ujar Dian.
Jumlah debitur restrukturisasi Covid-19 pun terus menurun menjadi 1,93 juta nasabah.
Dian mengatakan penurunan kredit restrukturisasi Covid-19 menunjukkan sudah terjadinya pemulihan ekonomi masyarakat.
Meski begitu, otoritas akan terus memonitor dan memastikan berhentinya kebijakan restrukturisasi tidak terlalu mengganggu kredit bermasalah di perbankan.
Di samping itu, rasio NPL gross perbankan sendiri terpantau melandai 50 basis poin (bps) menjadi 2,58 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per Februari 2023. Sementara, NPL nett turun 12 bps menjadi 0,75 persen per Februari 2023.
Kendati demikian, Dian meminta perbankan untuk tetap menyiapkan pencadangan seiring berhentinya kebijakan restrukturisasi.
"Kemudian, dalam antisipasi perbaikan kondisi, perbankan diminta menerapkan prinsip prudensial," ujarnya.