Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi memiliki pekerjaan besar untuk menata kapasitas sumber daya manusianya agar bisa mengimbangi perkembangan teknologi yang sangat cepat. Meningkatnya serangan digital ke industri keuangan membutuhkan tim yang mampu membangun sistem keamanan digital yang kuat.
CEO PT Asuransi Simas Insurtech Teguh Aria Djana menjelaskan bahwa digitalisasi yang berkembang pesat tentu membawa risiko tersendiri bagi operasional perusahaan asuransi, terlebih insurtech. Oleh karena itu, menurutnya, keamanan digital perlu menjadi perhatian utama.
Teguh menyebut bahwa kunci dalam menghadapi perkembangan itu adalah kecakapan sumber daya manusia (SDM) dari perusahaan, maupun industri. Penguatan kapasitas SDM di bidang teknologi akan membuat layanan asuransi memiliki keamanan digital yang terus mengikuti perkembangan.
“Kita harus selalu mengikuti perkembangan TI yang cepat, seperti sekarang adanya fenomena artificial intelligent dan concern akan cyber security. Solusinya tentu dengan menyiapkan manpower yang punya kapasitas menghadapi perkembangan teknologi ini,” ujar Teguh kepada Bisnis, pekan lalu.
Asuransi mungkin tidak menghadapi risiko pencurian dana dalam hal keamanan digital, tetapi terdapat data pribadi nasabah yang harus dilindungi. Perusahaan asuransi memiliki segudang data pribadi pemegang polis seperti identitas, ahli waris, daftar kendaraan, preferensi perilaku, atau dalam asuransi jiwa mencakup riwayat penyakit dan kondisi kesehatannya.
Teguh menyatakan perlindungan data nasabah mengacu kepada standar keamanan sesuai ISO 27001: 2013 tentang. Dia meyakini bahwa penguatan SDM dan sistem terstandardiasi akan menjamin keamanan layanannya.“Simas Insurtech sudah memenuhi ini [ISO 27001: 2013],” kata Teguh.
Baca Juga
Digitalisasi menjadi sesuatu yang mutlak mesti dilakukan perusahaan-perusahaan asuransi. Teguh menilai bahwa layanan digital dapat mendukung industri asuransi menyentuh ceruk pasar yang sebelumnya tidak tergarap.“Potensi pasarnya masih terbuka dan banyak sektor yang bisa dikembangkan [dengan digitalisasi]. Jalur-jalur distribusi baru juga demikian, seperti kerja sama dengan marketplace, fintech, dan aggregator,” katanya.
*Wawancara dengan Teguh merupakan bagian dari laporan khusus Dag-Dig-Dug Digitalisasi yang terbit di harian Bisnis Indonesia edisi Senin (29/5/2023). Baca laporan selengkapnya di epaper.bisnis.com.