Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Mei 2023 mencapai 0,09 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan, inflasi Mei 2023 tercatat sebesar 4,00 persen (year-on-year/yoy).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjoyo menyampaikan bahwa laju inflasi pada Mei 2023 tersebut kembali ke sasaran target BI 2-4 persen lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
"Sekarang inflasi sudah di tingkat 4 persen, terlihat bahwa inflasi turun lebih cepat dari yang kita perkirakan," katanya usai Rapat Kerja bersama dengan Komisi XI, Senin (5/6/2023).
Perry mengatakan bahwa berdasarkan komponennya, inflasi inti tetap terkendali di bawah 3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan moneter BI efektif dalam mengendalikan inflasi inti.
Dari data BPS, inflasi inti pada Mei 2023 tercatat sebesar 2,66 persen yoy, turun dari posisi bulan sebelumnya yang mencapai 2,83 persen yoy.
"Inflasi inti tetap rendah di bawah 3 persen, itu membuktikan memang langkah untuk pengendalian permintaan dari sisi moneter cukup berhasil," jelasnya.
Sejalan dengan itu, inflasi pangan atau harga bergejolak (volatile food) juga mengalami penurunan ke tingkat 3,28 persen yoy pada Mei 2023, dari 3,74 persen yoy pada April 2023.
"Demikian juga volatile food yang terus rendah, ini dari hasil sinergi GNPIP [Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan]," kata Perry.
Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Perry mengatakan bahwa kebijakan moneter, khususnya suku bunga kebijakan akan tetap diarahkan untuk memastikan inflasi inti terkendali pada kisaran 2-4 persen di sisa 2023, juga inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dapat segera kembali ke sasaran 2-4 persen pada kuartal III/2023.
“[BI] mempertahankan kebijakan suku bunga meski nanti kami akan melihat perkembangan lebih lanjut sejauh nanti penurunan inflasi,” kata Perry.
Adapun, pada akhir 2023, BI memperkirakan tingkat inflasi akan mencapai 3,3 persen. Pada 2024, inflasi diperkirakan tetap terkendali pada kisaran 1,5 hingga 3,5 persen.