Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sepekan Terakhir Saham Bank Digital Moncer, Ada Apa Nih?

Harga saham bank digital, dari ARTO hingga BBYB, kompak mengalami tren penguatan dalam sepekan terakhir.
Ilustrasi bank digital. /Freepik
Ilustrasi bank digital. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA –Harga saham bank digital kompak mengalami tren penguatan dalam sepekan terakhir. Hal ini terjadi seiring dengan proyeksi melonggarnya kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) dalam menerapkan suku bunga acuan. 

Berdasarkan RTI Business, harga saham PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) memang turun 2,5 persen dan terparkir di level Rp1.950 pada penutupan perdagangan Rabu (14/6/2023). Namun, dalam sepekan harga saham emiten bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung ini melesat 73,21 persen. 

Harga saham BBHI bahkan sempat menyentuh level auto reject atas (ARA) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (12/6/2023).

PT Bank Jago Tbk. (ARTO) kemudian mencatatkan kenaikan harga saham 0,97 persen pada penutupan perdagangan Rabu (14/6/2023) dan terparkir di level Rp3.110. Dalam sepekan, harga saham ARTO naik 18,63 persen.

Bank digital lainnya PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatatkan peningkatan harga saham 7,14 persen dalam sepekan. Kemudian, harga saham PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) naik 8,33 persen dalam sepekan.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengatakan tren hijau harga saham bank-bank digital dalam sepekan terjadi di tengah sentimen positif ekonomi global.

The Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan setelah memulai kampanye pengetatan moneter 15 bulan lalu sejalan dengan inflasi global yang mulai turun. Di bursa AS, saham padat teknologi pun perlahan bangkit kembali.

Di domestik, inflasi Indonesia periode Mei bahkan sudah mencapai target batas atas Bank Indonesia (BI). Merespons penurunan inflasi ini, BI sudah memberikan sinyal penurunan suku bunga tahun ini. 

"Dengan makin besarnya peluang penurunan suku bunga, maka menguntungkan untuk bank digital yang selama ini memberikan bunga jauh lebih tinggi dari bank konvensional. Sentimen ini berpeluang meningkatkan profitabilitas bank digital di masa datang," kata Cheryl kepada Bisnis pada Rabu (14/6/2023).

Senior Investment Information Mirae Asset M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan proyeksi yang menilai kebijakan The Fed tidak lagi agresif memang memberikan sentimen bullish ke pasar, termasuk bank digital. Namun, menurutnya sentimen itu hanya berlaku jangka pendek.

Sebab, terdapat faktor lain yang memengaruhi harga saham bank digital. "Investor menilai valuasi saham bank digital itu premium. Pergerakan harga sahamnya juga tidak konsisten, berbeda dengan KBMI [kelompok bank dengan modal inti] IV," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper