Bisnis.com, JAKARTA — PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk. (AKSL) yang merupakan induk dari P2P Lending Akseleran berencana untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada Juli 2023. Pada 2022, Akseleran telah mencatatkan pembiayaan Rp6,59 triliun per Desember 2022.
Dengan total outstanding yang masih beredar mencapai Rp645 miliar. Perusahaan mengklaim memiliki tingkat non-performing loan (NPL) yang rendah yakni 0,41 persen dari outstanding pinjaman di akhir Desember 2022.
Angka tersebut masih di bawah ambang batas yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni 5 persen. Dari sisi pendapatan, Akseleran memperoleh Rp71,45 miliar pada 2022. Angka tersebut meningkat 86,5 persen apabila dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Sementara, beban operasional meningkat dari Rp70,13 miliar menjadi Rp94,02 miliar sepanjang tahun lalu. Namun, perusahaan dapat menekan rugi 26 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp22,47 miliar. Pada 2021, perusahaan mencatatkan kerugian Rp30,39 miliar.
Diberitakan sebelumnya, Akseleran menawarkan saham IPO pada kisaran Rp100-Rp120 per saham selama periode penawaran awal (bookbuilding).
Berdasarkan laman e-IPO, dikutip Sabtu (29/6/2023), AKSL akan menawarkan sebanyak-banyaknya 2,98 miliar (2.988.493.800) saham atau sekitar 29 persen dari total saham dicatatkan.
Adapun harga awal berkisar Rp140-Rp145 per saham dengan masa bookbuilding yang berlangsung dari 3 Juli-18 Juli 2023. Dengan demikian, AKSL berpotensi meraup dana hingga Rp358,61 miliar melalui aksi korporasi perdananya tersebut.
Dalam IPO ini, AKSL menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas, dan PT BCA Sekuritas sebagai penjamin pelaksana efek.
Rencananya dana hasil IPO tersebut akan digunakan untuk menambah lini usaha baru dengan melakukan akuisisi hingga 99 persen saham PT Pratama Interdana Finance (PIF) yang juga merupakan perusahaan pembiayaan.