Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Sektor Pertambangan Tumbuh Paling Pesat, Efek Program Hilirisasi?

Penyaluran sektor kredit pertambangan tercatat tumbuh tinggi seiring dengan dorongan program hilirisasi dari pemerintah.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan penyaluran kredit perbankan pada awal tahun ini masih mencatatkan pertumbuhan. Sementara itu, sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit tertinggi.

Berdasarkan data Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis OJK baru-baru ini, penyaluran kredit serta pembiayaan perbankan pada kuartal I/2023 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya seiring dengan naiknya permintaan kredit mengikuti perbaikan keyakinan konsumen dan aktivitas usaha.

Penyaluran kredit serta pembiayaan bank umum pada kuartal I/2023 tumbuh 9,93 persen secara tahunan (year on year/yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya 6,67 persen yoy.

Secara kuartalan atau quarter to quarter (qtq), kredit pada tiga bulan pertama tahun ini juga tumbuh 0,34 persen qtq, meskipun melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 2,37 qtq. Adapun, OJK menilai perlambatan kredit pada awal tahun secara qtq merupakan tren seasonal setelah kredit selalu tumbuh tinggi pada akhir tahun.

Berdasarkan sektor ekonominya, pertumbuhan kredit paling pesat terjadi pada sektor pertambangan. Kredit pada sektor ini tumbuh tinggi 43,41 persen yoy dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya 31,9 persen yoy.

"Capaian ini didorong oleh pertumbuhan di subsektor pertambangan dan jasa pertambangan minyak dan gas bumi serta pengusahaan tenaga panas bumi yang tumbuh tinggi 120,39 persen yoy," tulis OJK dalam laporannya dikutip Bisnis pada Kamis (6/7/2023).

Dibandingkan pertumbuhan penyaluran kredit sektor lainnya, sektor pertambangan ini memang paling moncer. Sektor perdagangan besar dan eceran yang mempunyai porsi kredit besar hanya tumbuh 5,28 persen yoy. Kemudian, sektor konstruksi hanya tumbuh 7,97 persen yoy. Bahkan, sektor listrik, gas, dan air turun 3,28 persen yoy.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan penyaluran kredit pertambangan memang tergolong tumbuh paling pesat. "Signifikan tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan kredit nasional," katanya.

Peningkatan pesat kredit pertambangan terjadi seiring dengan dorongan hilirisasi dari pemerintah. Dian mengatakan OJK juga terus mendorong agar kredit hilirisasi komoditas digenjot perbankan pada tahun ini. "Kredit hilirisasi ini menjadi target yang terus kita dorong dalam meningkatkan nilai tambah perekonomian," katanya.

OJK sendiri telah berdiskusi dengan perbankan agar ada kebijakan untuk mendorong proses hilirisasi ini terjadi. Dalam konteks hilirisasi pertambangan nikel yang akan digunakan untuk baterai kendaraan listrik, OJK telah menerbitkan insentif kepada perbankan.

Insentif yang diberikan salah satunya penurunan bobot aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) kredit perbankan menjadi 50 persen untuk produksi dan konsumsi kendaraan listrik dari semula 75 persen.

Presiden Joko Widodo juga telah meminta agar perbankan kian deras mengucurkan kreditnya untuk program hilirisasi. "Saya minta dukungan OJK mengenai ini, bagaimana memberikan sosialisasi pentingnya hilirisasi," katanya.

Dia mengungkapkan program hilirisasi menjadi kunci bagi Indonesia kalau ingin menjadi negara maju. "[Terapkan hilirisasi] di semua komoditas, baik untuk yang namanya CPO, minerba, hingga yang berasal dari sumber daya alam laut kita," ujarnya dalam acara pertemuan tahunan industri jasa keuangan (PTIJK) 2023 pada awal tahun ini.

Jokowi menekankan hilirisasi kian dipandang penting dalam mendorong pendapatan domestik bruto (PDB) nasional agar dapat terus tumbuh. 

Dia memproyeksikan dampak hilirisasi dari sektor minerba, migas, dan kelautan dapat menyentuh angka US$715 juta. Di samping itu, lapangan kerja baru yang terbangun dapat mencapai 9,6 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper