Bisnis.com, JAKARTA — Industri perbankan memiliki potensi besar dalam mendorong usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk ‘naik kelas’ menjadi pelaku bisnis ekspor.
Kendati begitu, sejumlah tantangan masih mengadang upaya perbankan untuk bersama pemangku kepentingan lain mendorong UMKM potensial untuk merambah pasar internasional.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengatakan secara umum ada tiga tantangan utama yang dihadapi UMKM untuk ekspor yakni kualitas untuk berkompetisi, konsistensi dalam memenuhi permintaan secara tepat dan cepat, serta kontinuitas dalam memahami pasar.
Sejauh ini, jelasnya, banyak program pendampingan UMKM untuk mengatasi tantangan tersebut. Namun, mayoritas program tersebut terbilang sporadis dan tidak berkelanjutan, sehingga belum bisa mencapai standar untuk membawa pelaku UMKM mampu menjadi pengekspor.
"Itulah alasan Apindo selalu menyuarakan pendampingan UMKM yang terstruktur, membangun ekosistem kolaborasi pentahelix. Ada peran industri, seperti korporasi, pengusaha dan profesional, kemudian didampingi ekosistem akademisi dan pemerintahan di provinsi atau daerah masing-masing," jelasnya kepada Bisnis.
Menurut Shinta, salah satu sektor utama yang sebenarnya punya potensi besar dalam mendorong UMKM menjadi pengekspor adalah industri perbankan.
Baca Juga
Namun, dia mengakui, industri perbankan masih perlu lebih banyak menghadirkan produk dan inovasi yang memudahkan UMKM untuk ekspor seperti layanan transaksi internasional dan analisis potensi dan risiko yang seimbang.
"Hubungan masyarakat, termasuk pelaku UMKM dengan perbankan itu seumur hidup. Jadi, mindset bank untuk tumbuh bersama dalam seluruh aspek kehidupan UMKM itu sangat penting," ungkapnya.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang aktif mendorong para pelaku UMKM untuk dapat meningkatkan kualitas produk dan merambah pasar mancanegara.
Direktur Retail Banking BNI Putrama Wahju Setiawan memerinci, pihaknya akan selalu proaktif berinovasi dalam hal produk maupun program untuk dapat meningkatkan kapasitas dan kapabilitas UMKM Indonesia.
Selain memberikan kemudahan dalam mengakses pembiayaan, BNI juga membukakan akses pasar ekspor bagi UMKM melalui program BNI Xpora. Program tersebut, jelasnya, memberikan layanan khusus seperti business matching diaspora dan pendampingan untuk peningkatan kapabilitas UMKM berorientasi ekspor.
BNI juga aktif mendorong UMKM binaan untuk terlibat dalam pameran nasional dan juga berskala global. BNI, misalnya, pada 29 Juni-1 Juli 2023 melibatkan sejumlah pelaku usaha binaan dalam Korea Import Fair (KIF).
Putrama mengatakan melalui acara itu, UMKM dan korporasi yang terhubung dengan BNI Xpora akan bertemu calon pembeli dari Korea Selatan.
“Dengan mengikuti pameran ini, BNI Xpora dan UMKM binaan BNI akan makin dikenal luas,” jelasnya.
Adapun, BNI melalui program Xpora membukukan total kredit ekspor senilai Rp26,72 triliun sepanjang 2022 atau tumbuh 40,26 persen year on year (YoY).
Pada periode yang sama, volume perdagangan ekspor yang difasilitasi perseroan mencapai Rp66,21 triliun tumbuh 171,8 persen YoY.