Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Acuan the Fed Diproyeksi Naik Lagi 50 Bps, Bagaimana dengan BI?

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan berdasarkan asesmen BI, the Fed diperkirakan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada September 2023.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 24-15 Juli 2023. Dok Youtube Bank Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 24-15 Juli 2023. Dok Youtube Bank Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Amerika Serikat (AS) the Federal Reserve (the Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC pekan ini.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan berdasarkan asesmen BI, the Fed diperkirakan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada September tahun ini, sehingga secara total masih akan ada kenaikan 50 basis poin.

“FFR [Fed fund rate] akan berapa, baseline kami Juli ini naik 25 basis poin, September juga akan naik 25 basis poin, sehingga FFR akan menjadi 5,75 persen pada September,” katanya dalam konferensi pers hasil RDG, Selasa (25/7/2023).

Selanjutnya, menurut Perry, FFR akan ditahan pada tingkat 5,75 persen. Sementara di dalam negeri, Perry mengatakan suku bunga kebijakan mempertimbangkan kondisi inflasi dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri.

Dengan laju inflasi yang rendah, Perry mengatakan suku bunga kebijakan juga konsisten dijaga pada tingkat 5,75 persen.

“Inflasi kan rendah, pertumbuhan ekonomi juga cukup baik, sehingga ya sudah 5,75 persen, itu pas, konsisten,” jelasnya.

Perry mengatakan untuk memitigasi dampak dari kenaikan suku bunga AS, BI tidak hanya menggunakan kebijakan suku bunga, tetapi juga melalui kebijakan stabilitas rupiah.

“Jamunya stabilisasi nilai tukar rupiah, intervensi, baik twist operation maupun triple intervention. Itu yang terus kita lakukan,” katanya.

Selain itu, Perry mengatakan cadangan devisa Indonesia saat ini lebih dari cukup untuk menjaga stabilitas rupiah.

BI mencatat nilai tukar rupiah secara year-to-date menguat 3,63 persen dari level akhir Desember 2022, lebih kuat dibandingkan dengan apresiasi Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand masing-masing sebesar 1,78 persen, 1,11 persen, dan 0,42 persen.

Dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, BI memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat ditopang oleh prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, dan dampak positif dari implementasi PP No. 36/2023 tentang DHE SDA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper