Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak dua emiten perusahaan pembiayaan alias leasing dengan kepemilikan mayoritas digenggam Korea telah melaporkan kinerja pada semester I/2023. Mereka adalah PT Woori Finance Indonesia Tbk. (BPFI) dan PT KDB Tifa Finance Tbk. (TIFA).
Merujuk laporan keuangan pada masing-masing perusahaan, emiten leasing Woori Finance membukukan peningkatan laba tertinggi dibandingkan Tifa Finance pada akhir Juni 2023.
Perusahaan milik Korea, Woori Finance mengantongi laba tahun berjalan senilai Rp42,27 miliar atau meningkat 58,26 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada separuh pertama 2023. Artinya, laba Woori Finance pada periode yang sama tahun sebelumnya hanya sebesar Rp26,71 miliar.
Di sisi lain, Tifa Finance hanya mampu meraup pertumbuhan laba tahun berjalan single digit, tepatnya tumbuh 2,53 persen yoy. Alhasil, laba Tifa Finance naik dari Rp28,94 miliar menjadi Rp29,67 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan bahwa saat ini begitu banyak investor asing yang masuk ke Indonesia, salah satunya perusahaan dari Korea yang menanamkan investasinya di leasing Tanah Air.
Baca Juga
“Mereka saat ini kalau sudah kelebihan dana, menanamkan investasi di Korea sudah tidak mendapatkan imbal hasil yang baik,” kata Suwandi kepada Bisnis, belum lama ini.
Bukan hanya itu, Suwandi menuturkan bahwa besarnya potensi Indonesia yang terlihat dari jumlah penduduk juga menjadi pertimbangan perusahaan Korea melebarkan sayapnya. Hal tersebut yang membuat perusahaan besar asal Negeri Ginseng semakin rajin menanamkan investasi di Indonesia.
“Inilah penyebab perusahaan-perusahaan keuangan 5 besar di Korea sudah mulai masuk [ke Indonesia] dan sekarang sudah ada hampir 15 perusahaan joint-venture Korea yang ada di Indonesia. Ini sudah mengejar Jepang,” ungkap Suwandi kepada Bisnis baru-baru ini.
Lantas, bagaimana kinerja perusahaan leasing milik Korea pada separuh pertama 2023?
- PT Woori Finance Indonesia Tbk. (BPFI)
Dikutip dari laporan keuangan perusahaan, Minggu (30/7/2023), raihan laba emiten bersandi saham BPFI senilai Rp42,27 miliar itu berasal dari total penghasilan perusahaan yang meningkat 25,27 persen yoy. Posisinya naik dari Rp134,18 miliar menjadi Rp168,09 miliar.
Salah satu penopangnya berasal dari pos pembiayaan konsumen neto yang kini mencapai Rp85,73 miliar pada 30 Juni 2023, atau tumbuh 22,34 persen yoy dari sebelumnya hanya Rp70,07 miliar.
Kendati demikian, pada semester I/2023, Woori Finance harus menanggung beban usaha senilai Rp116,15 miliar. Total beban usaha perusahaan naik 15,30 persen persen yoy dari Rp100,74 miliar. Di mana, pos beban pemasaran Woori Finance melonjak 146,73 persen yoy menjadi Rp11,48 miliar.
Kinerja BPFI dan Tifa Finance
BPFI tercatat membukukan total aset mencapai Rp1,53 triliun, atau meningkat 18,39 persen yoy dari Rp1,29 triliun. Dari sana, total liabilitas yang ditanggung menanjak 49,96 persen yoy menjadi Rp511,84 miliar, sedangkan total ekuitas menguat 7,11 persen yoy menjadi Rp1,02 triliun pada akhir Juni 2023.
Perlu diketahui, pemegang saham mayoritas Woori Finance adalah Woori Card Co., Ltd. yang menggenggam 84,51 persen saham BPFI, di mana Woori Financial Group Inc., sebagai entitas induk terakhir, sebuah perusahaan yang didirikan dan bertempat di Korea.
Selain itu, sebanyak 12,18 persen saham BPFI dimiliki PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk., serta sisanya dimiliki masyarakat.
- PT KDB Tifa Finance Tbk. (TIFA)
Perusahaan Korea lainnya, Tifa Finance mencatatkan laba senilai Rp29,67 miliar dengan pertumbuhan total pendapatan sebesar 16,56 persen yoy. Secara nominal, total pendapatan TIFA menjadi Rp81,26 miliar dari semula hanya Rp69,71 miliar.
Jika ditelusuri, salah satu peningkatan pendapatan disokong oleh pos sewa pembiayaan yang meningkat 22,39 persen yoy dari Rp57,89 miliar menjadi Rp70,85 miliar.
Tifa Finance membukukan peningkatan beban sebesar 26,26 persen yoy menjadi 45,96 miliar dari Rp36,4 miliar. Perinciannya, pos beban bunga dan keuangan terpantau melonjak 604,41 persen yoy menjadi Rp10,79 miliar dari sebelumnya hanya Rp1,53 miliar.
Sepanjang enam bulan pertama 2023, Tifa Finance merengkuh total aset senilai Rp1,63 triliun atau tumbuh 13,76 persen yoy dari Rp1,44 triliun. Sedangkan total liabilitas naik 37,29 persen yoy menjadi Rp515,29 miliar, dan total ekuitas menjadi Rp1,12 triliun atau tumbuh 5,44 persen yoy.
Adapun, pemegang saham akhir Tifa Finance pada 30 Juni 2023 adalah Pemerintah Republik Korea, terdiri dari Korea Development Bank yang menggenggam 84,65 persen saham TIFA. Diikuti dengan PT Dwi Strya Utama yang menggenggam 15 persen saham TIFA dan sisanya direngkuh masyarakat.