Bisnis.com, JAKARTA -- Merger antara PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) dan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) menjadi point of no return alias harga mati dalam konsolidasi perbankan Tanah Air.
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan mengungkapkan merger BABP dan NOBU menjadi perhatian besar di tengah masyarakat. Konsolidasi ini menjadi terobosan karena merupakan aksi korporasi sukarela dan akan dijadikan standar baru dalam penguatan industri keuangan Tanah Air.
"Saya kira ini percontohan yang sangat baik dua konglomerat bisa melakukan konsolidasi sehingga bisa memberikan kontribusi lebih baik ke dalam sektor keuangan," kata Dian dalam paparan media hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK, Kamis (3/8/2023).
Nationalnobu alias NOBU adalah bank yang dikendalikan konglomerasi Lippo alias keluarga Mochtar Riady. Kelompok Lippo baru masuk lagi ke bisnis bank pada 2010 setelah mengakuisisi PT Bank Alfindo Sejahtera. Sebelum krisis keuangan 1998, Lippo adalah konglomerat di balik Bank Lippo yang kini menjadi CIMB Niaga, serta turut membesarkan bank buana yang kini menjadi UOB Indonesia, Bank Panin, dan BCA.
Baca Juga
Saat 2010 diizinkan kembali masuk bisnis bank, Lippo Group mengakuisisi NOBU dengan menggunakan perahu PT Kharisma Buana Nusantara. Dalam perusahaan ini Mochtar Riady memiliki 60 persen, sedangkan sisanya 40 persen digenggam Yantony Nio dari Pikko Group.
Perjalanan waktu, kepemilikan Lippo melalui entitasnya makin dominan. Dalam laporan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) per 31 Maret 2023, komposisi pemegang saham NOBU entitas Lippo Group yakni PT Putera Mulia Indonesia (21,92 persen), PT Prima Cakrawala Sentosa (16,44 persen), PT Matahari Departement Store Tbk (13,78 persen), PT Star Pacific Tbk (11,77 persen), OCBC Securities Pte Ltd Client A/C (9,77 persen), Nomura Securities Co Ltd A/C Client (8,11 persen), PT Inti Anuegrah Pratama (6,38 persen), dan Masyarakat (11,83 persen).
Sedangkan BABP awalnya merupakan milik Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912, perusahaan ini kemudian dikuasai oleh ICB Financial Group Holdings AG. Baru pada 2014 lalu, Group MNC yang dikendalikan Hary Tanoesoedibjo masuk menjadi pemegang saham pengendali dengan menggunakan perahu MNC Capital (BCBP) dengan kepemilikan 52,37 persen sejak 2014 lalu. Pemegang saham lain dalam perusahaan ini adalah Winfly Ltd (13,95 persen) dan sisanya adalah publik (33,68 persen).
Tantangan Merger BABP dan NOBU
Dian menyebut merger dua konglomerasi akan memberikan kekuatan yang lebih serta meningkatkan kepercayaan masyarakat.
"Kami tidak menangkap komitmen yang kurang dari kedua pelah pihak," katanya meyakini merger akan berlangsung.
Menurutnya rencana merger kedua bank terus berjalan. Namun, mengenai jangka waktu, merger kedua bank konglomerat itu bisa saja terjadi keterlambatan.
"Jangka waktu merger memang bisa terjadi keterlambatan, tapi bukan berarti kurangnya komitmen kedua bank," kata.
Hal-hal yang bisa saja menimbulkan keterlambatan merger bulan ini diantaranya pembahasan mengenai porsi kepemilikan hingga fokus bisnis ke depan dari bank gabungan.
"Banyak teknis lain yang dibicarakan. Ini pada akhirnya berujung pada proses merger yang baik. Tidak ada persoalan yang timbul setelah merger terjadi," ungkap Dian.
Sebelumnya, Corporate Secretary Bank MNC Heru Sulistiadhi sempat mengatakan merger dilakukan dalam rangka naik kelas menjadi kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II.
Kinerja Keuangan BABP dan NOBU
Corporate Secretary NOBU Mario Satrio juga mengatakan rencana sinergi yang dilakukan dengan Bank MNC akan membawa dampak positif terhadap kinerja perseroan.
"Setiap corporate action yang dilakukan perseroan sejalan dengan POJK Konsolidasi Bank Umum dan bertujuan untuk mendukung pengembangan volume usaha perseroan dalam jangka panjang guna mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Mario.
Kedua bank saat ini memang masih masuk pada KBMI I atau bank yang memiliki modal inti kurang dari Rp6 triliun. Apabila keduanya digabungkan, modal inti entitas gabungan menjadi di atas Rp6 triliun atau masuk KBMI II.
Kinerja Keuangan BABP dan NOBU
Saat ini NOBU dan BABP belum mengeluarkan laporan kinerja Juni 2023. Kedua bank telah bersurat ke OJK bahwa tengah dilakukan audit. Seperti diketahui, laporan keuangan semester I tidak ada keharusan diaudit. Biasanya perusahaan melakukan aksi korporasi jika melaksanakan audit atas kinerja keuangannya.
Sedangkan hingga triwulan I/2023, NOBU mencatat total laba bersih sebesar Rp29,35 miliar. Mengacu pada laporan keuangan perseroan, kinerja positif bank dalam mencetak laba seiring dengan meningkatnya margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tumbuh 48 basis poin (bps) menjadi 3,51 persen pada kuartal I/2023. Di samping itu, Bank Nobu juga turut mencatatkan pendapatan bunga bersih meningkat 22 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp176,06 miliar dari posisi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp144,67 miliar.
Sedangkan MNC Bank (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dalam periode ini meraup laba bersih Rp21,83 miliar. Naik lebih dari dua kali lipat atau 166,03 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Laba bersih Bank MNC per Maret 2023 itu didorong oleh ekspansi penyaluran kredit sehingga membuat pendapatan bunga bank pada kuartal I/2023 naik 23,11 persen yoy jadi Rp318,80 miliar.