Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merger NOBU dan BABP Molor, Harry Tanoe dan James Riady 'Berebut' Mayoritas

Rencana merger Bank MNC (BABP) dengan Bank Nobu (NOBU) bakal molor, karena pemegang saham Hary Tanoe dengan James Riady berebut saham mayoritas.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae./Tangkap Layar
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae./Tangkap Layar

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo dan PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady dikabarkan akan merger sesuai timeline Agustus 2023 ini. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae mengatakan rencana merger kedua bank terus berjalan. Namun, mengenai jangka waktu, merger kedua bank konglomerat itu bisa saja terjadi keterlambatan. 

"Jangka waktu merger memang bisa terjadi keterlambatan, tapi bukan berarti kurangnya komitmen kedua bank," kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK pada Kamis (3/8/2023). 

Hal-hal yang bisa saja menimbulkan keterlambatan merger bulan ini di antaranya pembahasan mengenai porsi kepemilikan saham mayoritas hingga fokus bisnis ke depan dari bank gabungan. 

"Banyak teknis lain yang dibicarakan. Ini pada akhirnya berujung pada proses merger yang baik. Tidak ada persoalan yang timbul setelah merger terjadi," ungkap Dian.

Di sisi lain, Dian memastikan kedua belah pihak sudah menyatakan komitmennya dalam menjalankan merger tersebut. 

Menurutnya rencana merger kedua bank merupakan wujud komitmen dari pemegang saham secara business to business (BtB) dalam rangka mendukung konsolidasi serta penguatan industri perbankan.

Sebelumnya, Corporate Secretary Bank MNC Heru Sulistiadhi sempat mengatakan merger dilakukan dalam rangka naik kelas menjadi kelompok bank dengan modal inti (KBMI) II.

Corporate Secretary NOBU Mario Satrio juga mengatakan rencana sinergi yang dilakukan dengan Bank MNC akan membawa dampak positif terhadap kinerja perseroan.

"Setiap corporate action yang dilakukan perseroan sejalan dengan POJK Konsolidasi Bank Umum dan bertujuan untuk mendukung pengembangan volume usaha perseroan dalam jangka panjang guna mewujudkan pertumbuhan yang berkelanjutan," kata Mario. 

Kedua bank saat ini memang masih masuk pada KBMI I atau bank yang memiliki modal inti kurang dari Rp6 triliun. Apabila keduanya digabungkan, modal inti entitas gabungan menjadi di atas Rp6 triliun atau masuk KBMI II.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper