Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan Bank Indonesia (BI) masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung 23 dan 24 Agustus 2023.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan level suku bunga yang sudah bertahan sejak Januari 2023 tersebut masih akan konsisten pada 5,75 persen dalam rangka menjaga stabilitas inflasi dan rupiah.
“Stabilitas rupiah di tengah sentimen risk off mempengaruhi pasar keuangan negara berkembang termasuk pasar keuangan domestik. Dengan upaya stabilisasi rupiah, diharapkan akan membatasi dampak imported inflation sehingga pada akhirnya ekspektasi inflasi akan tetap terkendali,” ungkapnya, Rabu (23/8/2023).
Josua mengatakan bahwa risk off sentiment yang didorong oleh pelemahan kinerja perekonomian China serta data ekonomi AS yang solid kemudian mendorong ekspektasi masih berlanjutnya kenaikan suku bunga AS.
Dalam jangka pendek, kondisi ini berpotensi mempengaruhi pasar keuangan domestik. Tercermin dalam sebulan terakhir ini rupiah melemah sekitar 1,6 perse atau 245 poin ke level saat ini sekitar Rp15.325 per dolar sementara yield SUN 10 tahun juga cenderung meningkat 37bps ke level 6,62 persen.
“Suku bunga BI7DRR yang dipertahankan di level 5,75 persen juga ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi yang berpotensi didorong oleh kenaikan inflasi pangan di tengah fenomena El Nino,” tambah Josua.
Baca Juga
Pada Juli 2023, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan pihaknya tetap menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen dengan alasan inflasi yang terkendali.
Kebijakan juga diarahkan pada penguatan stabilitas nilai rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation).
"Keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75 persen ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3 +/- 1 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5 +/- pada 2024," katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur [RDG] Bank Indonesia, Selasa (25/7/2023).
Sementara itu, Perry juga memperkirakan bahwa Federal Reserve (The Fed) masih akan menaikkan suku bunganya atau Fed Fund Rate (FFR) hingga dua kali lagi pada sisa akhir 2023.
Saat ini, FFR dalam posisi mendekati level BI7DRR. FFR tercatat dalam rentang 5,25 persen hingga 5,50 persen dengan kenaikan terakhir pada Juli 2023 sebesar 25 basis poin.
“FFR [Fed Funds Rate] kami perkirakan akan meningkat satu hingga dua kali lagi,” katanya dalam acara High Level Seminar on Frameworks for Integrated Policy: Experiences and The Way-Forward, Selasa (22/8/2023).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan suku bunga the Fed, bank sentral Amerika Serikat (AS), masih berpotensi meningkat satu hingga dua kali hingga akhir 2023.
Pemangkasan Suku Bunga
Sementara itu, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan mulai kuartal II/2024.
Menurut pria yang kerap disapa Asmo itu, ekspektasi pasar tentang suku bunga acuan the Fed berperan penting dalam membentuk pandangan pasar global dan nasional terkait kebijakan suku bunga.
Hingga Maret 2024, mayoritas ekspektasi pasar masih memproyeksikan suku bunga acuan the Fed akan tetap berada pada tingkat 5,5 persen. Meskipun ada kemungkinan kenaikan suku bunga, peningkatan tersebut akan terbatas hanya hingga 5,75 persen. Kemudian, pada Mei 2024 ada ekspektasi penurunan the Fed.
“Overall sebenarnya Fed Fund Rate kalau naikpun tinggal sekali lagi di 5,75 persen. Kita lihat masih kecil perkembangan atau probabilitas ke arah 6 persen. Dan kalau kita lihat di closing-nya di tahun 2024 market itu ekspektasinya sampai sekarang yaitu di 4,5 persen, jadi ini selalu bergerak” katanya dalam Media Gathering & Presentasi Macroeconomic Outlook, Selasa (22/8/2023).
Dia juga menyoroti pentingnya "guidance" dari the Fed sebagai petunjuk bagi investor dan pelaku pasar.