Dampak SRBI Menurut Ekonom BCA
Di sisi lain, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menyampaikan dengan adanya SRBI akan jadi tambahan variasi instrumen yang berguna untuk mengimplementasikan kebijakan moneter BI yang juga diharapkan bisa menarik modal asing dan menambah cadangan devisa.
Stabilitas finansial dan moneter diharapkan bisa tetap terjaga dengan tambahan instrumen moneter, sementara pertumbuhan ekonomi juga bisa didorong ke arah pertumbuhan potensialnya.
“Untuk Rupiah diharapkan juga bisa lebih stabil. Untuk levelnya akan jadi berapa sulit diperkirakan, yang penting stabilitasnya. Indeks volatilitasnya diharapkan jadi lebih baik,” ujarnya.
Berdasarkan asesmen BI, peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar Rupiah pada Agustus 2023 (sampai dengan 23 Agustus 2023) secara point-to-point melemah sebesar 1,41 persen dibandingkan dengan akhir Juli 2023.
Sementara secara year-to-date (ytd), rupiah tercatat masih menguat sebesar 1,78 persen dari level akhir Desember 2022.
Bahkan, bila membandingkan dengan Rupee India yang menguat 0,07 persen, rupiah mengalami apresiasi yang lebih tinggi. Sedangkan Baht Thailand dan Peso Filipina yang masing-masing mengalami depresiasi sebesar 1,31 persen dan 1,77 persen.
Baca Juga
“Alhamdulillah rupiah kita meskipun agak melemah di saat seluruh dunia melemah, tapi pelemahan kita rendah,” jelasnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (24/8/2023).
Meski demikian, BI memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui pilar I, yakni intervensi di pasar valas dengan fokus pada transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).