Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mereka Bank Umum Syariah yang Masuk Radar Akuisisi BTN

Bank Tabungan Negara (BBTN) berniat mengakuisisi bank umum syariah yang sudah beroperasi untuk diakuisisi guna menggarap segmen khusus KPR syariah.
Suarana di konter syariah Bank BTN. / Bisnis-Dedi Gunawan
Suarana di konter syariah Bank BTN. / Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) tengah mempertimbangkan melakukan aksi korporasi melakukan akuisisi bank unit syariah (BUS). Akuisisi ini untuk melancarkan rencana pemisahan atau spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi BTN Syariah.

Dalam kerangka spin off UUS ini, Bank BTN memang telah menyusun tiga skenario. Satu dari tiga opsi tersebut adalah dengan melakukan akuisisi terhadap bank syariah yang ditargetkan rampung pada akhir tahun ini atau awal 2024.

Direktur Risk Management Bank BTN Setiyo Wibowo menuturkan untuk mengakuisisi BUS, pihaknya telah melakukan penjajakan dengan beberapa bank syariah yang ada dan terus berkomunikasi untuk mendapatkan penawaran terbaik.

Saat ini, terdapat sedikitnya 12 BUS yang ada di Tanah Air. Adapun, 12 BUS yang beroperasi saat ini ialah Bank Mega Syariah, BCA Syariah, Bank Panin Dubai Syariah, Bank Net Syariah, Bank Muamalat, BTPN Syariah, Bank Victoria Syariah, BJB Syariah, Permata Bank Syariah, Bank NTB Syariah dan Bank Syariah Bukopin. 

“Dari beberapa bank syariah tersebut, manakah yang akan diakuisisi Bank BTN untuk dijadikan BTN Syariah? Mari kita tunggu saja prosesnya,” katanya beberapa waktu lalu.

Bisnis mencoba mengkonfirmasi kepada sejumlah BUS tentang sejauh mana peluang BTN bermitra. PT Bank BCA Syariah, entitas syariah dalam konglomerasi grup Djarum memastikan pihaknya belum ada ada pembicaraan terkait hal tersebut.

Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum mengatakan pihaknya sebagai anak usaha PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) berfokus meningkatkan bisnis perusahaan.

“Saat ini [kami] sedang fokus dalam pengembangan layanan digital untuk meningkatkan pendapatan dana murah,” ujarnya pada Bisnis, Jumat (8/9/2023). 

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Muamalat Suhendar juga memilih untuk tidak memberikan komentar lebih lanjut.  Namun, pihaknya menyebut secara umum Bank Muamalat telah memiliki strategi pertumbuhan non-organik untuk percepatan pertumbuhan bisnis dalam rencana bisnis Bank Muamalat. 

"Termasuk di dalamnya mencermati peluang yang ada untuk melakukan aksi korporasi berupa merger/akuisisi dengan terbitnya peraturan tentang kewajiban spin-off Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank induk," katanya pada Bisnis.

Sebelumnya, Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan sempat mengungkapkan kemungkinan besar bagi bank syariah yang sudah listing berpotensi menjadi cangkang BTN Syariah. 

"Belakangan ini kan ramai soal POJK Spin Off,  di mana arahnya UUS, dipaksa spin off, jadi roadmap-nya akan dikonsolidasi, karena size is matter, kemungkinan kalau yang sudah listing, maka mereka yang akan dipakai, misal tiga bank bersatu maka yang dipakai menjadi cangkangnya kan yang sudah listing," sebutnya saat berkunjung ke Kantor Bisnis Indonesia, Rabu (6/9/2023). 

Muamalat sendiri juga tengah menyiapkan aksi listing saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir tahun. Sebagaimana diketahui, Bank Muamalat telah menyandang status sebagai perusahaan terbuka sejak 1993, tetapi hingga kini sahamnya belum tercatat di Bursa. Oleh karena itu, bank syariah pertama di Indonesia ini berencana listing sebelum akhir 2023. 

"Akhir tahun [listing], harapannya bisa terlaksana dengan baik. Saat ini sedang dilakukan penilaian [harga saham] oleh KJPP [Kantor Jasa Penilai Publik]," ujarnya. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, ada empat bank syariah yang telah melantai di pasar modal. Mereka adalah Bank Panin Dubai Syariah (PNBS), BTPN Syariah (BTPS), Bank Syariah Indonesia (BRIS), dan Bank Aladin Syariah (BANK).

Selanjutnya, Corporate Secretary Division Head PT Bank Mega Syariah (BMS) Ratna Wahyuni turut mengatakan BMS belum bisa memberikan komentar lebih lanjut. 

Meski begitu, pihaknya akan menyambut positif upaya yang dilakukan seluruh pihak, baik pemerintah maupun swasta untuk memajukan perekonomian syariah khususnya dalam pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

Lebih lanjut, Ratna mengatakan justru BMS sedang fokus memperkuat fundamental bisnis bank dengan memacu peningkatan dana murah dan pembiayaan yang berkualitas, serta meningkatkan fee based income melalui berbagai layanan dan fasilitas perbankan.

"Untuk itu, kami terus melakukan transformasi digital untuk mendukung  kami dalam memasuki segmen retail ini," katanya pada Bisnis.

Ratna menyebut, selain meluncurkan Syariah Card,  yakni produk kartu pembiayaan syariah yang memudahkan nasabah dalam bertransaksi non tunai dengan prinsip pembiayaan syariah, BMS pun tengah melakukan perluasan dengan penambahan fitur transaksi menggunakan QRIS pada aplikasi mobile banking M-Syariah. 

Executive Director Segara Research Institute Piter Abdullah pun tak menampik kecil kemungkinan bagi BTN Syariah untuk mengakuisisi bank umum syariah yang saat ini sudah ada. 

"Bank BTN (BBTN) memang berencana untuk spin off UUS mereka menjadi BTN Syariah dengan tujuan meningkatkan kinerja unit syariah mereka. Tapi, kemungkinannya [akuisisi] sangat kecil sekali. Mereka [Bank umum syariah] sudah punya rencana sendiri. Kecuali jika penawaran dari BTN begitu menarik," tutupnya saat dihubungi Bisnis

Pemisahaan UUS BTN Syariah tidak lepas dari ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas telah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 tahun 2023 tentang spin off unit usaha syariah (UUS) pada 12 Juli 2023 lalu.  Dalam peraturan ini menetapkan bahwa UUS yang punya nilai aset 50 persen dari induknya atau memiliki jumlah aset minimal Rp50 triliun harus memisahkan diri. 

Per Juni 2023, UUS milik BTN tercatat memiliki aset Rp 46,27 triliun. Jika dilihat ke belakang, rencana spin off UUS BTN telah lama bergulir. Bisnis mencatat, sejak 2010, ketika aset BTN Syariah masih senilai Rp2,6 triliun, rencana pemisahan UUS ini sudah ada dengan target spin off dilakukan saat aset mencapai Rp5 triliun. Namun, hingga kini spin off BTN Syariah belum terealisasi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper