Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI: Kenaikan Suku Bunga The Fed di November jadi yang Terakhir

Gubernur BI Perry Warjiyo memprediksi bahwa suku bunga The Fed akan naik sekali lagi pada November 2023.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (25/7/2023). - Bisnis/Arief Hermawan P.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Selasa (25/7/2023). - Bisnis/Arief Hermawan P.

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) masih akan berlanjut pada November 2023 mendatang.

Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed mempertahankan suku bunga pada tingkat 5,25-5,5 persen pada pertemuan FOMC September 2023. 

“Kami lihat Fed Funds Rate akan naik di November 2023,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG BI), Kamis (21/9/2023).

Dia memprediksi Fed Funds Rate akan naik sekali lagi, yaitu di awal November 2023. Namun, dia menegaskan semuanya pasti akan data dependant.

Perry mengatakan probabilitasnya ini kemungkinan akan jadi kenaikan yang terakhir yang ditetapkan oleh The Fed. Bi, lanjutnya, melakukan review tiap bulan berdasarkan bacaan dari pernyataan The Fed maupun perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi di AS.

"[BI yakin] Fed Funds Rate akan naik sekali lagi selanjutnya hold beberapa waktu ke depan. Fenomena higher for longer akan berlangsung di paruh pertama 2024," jelasnya. 

Perry mengatakan, masih berlanjutnya kenaikan suku bunga The Fed akan semakin meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global, terutama di pasar negara berkembang.

“Akibatnya pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin tinggi,” jelas Perry.

Dengan demikian, dai menilai dibutuhkan respons kebijakan untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan global tersebut.

Perry mengatakan bahwa laju inflasi global diperkirakan tetap tinggi sehingga mendorong suku bunga global berada pada tingkat yang tetap tinggi.

Di samping pasar keuangan, Perry juga menyoroti berlanjutnya pelemahan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi global tahun ini diperkirakan sebesar 2,7 persen.

Kondisi global ini dipengaruhi oleh ekonomi China yang cenderung melambat, sementara ekonomi Amerika Serikat semakin menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper