Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Citigroup Soal Indonesia di Bisnis Pembiayaan Hijau

Citigroup menilai Indonesia menawarkan potensi besar bagi sektor perbankan dalam memperbesar portofolio pembiayaan berkelelanjutan.
Global Head of Social Finance Citigroup Jorge Rubio Nava di Citibank Tower Jakarta Selatan, Senin (16/10/2023)./Istimewa.
Global Head of Social Finance Citigroup Jorge Rubio Nava di Citibank Tower Jakarta Selatan, Senin (16/10/2023)./Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA -- Perbankan asal Amerika Serikat, Citigroup, menilai Indonesia menawarkan potensi besar bagi sektor perbankan dalam memperbesar portofolio pembiayaan berkelelanjutan.

Global Head of Social Finance Citigroup Jorge Rubio Nava menilai potensi ini Indonesia terlihat menonjol di tengah pemulihan ekonomi yang inklusif. Indonesia juga berhasil menampilkan isu prioritas ini saat menjadi tuan rumah KTT G20. Saat yang sama, populasi Asia Tenggara yang hampir mencapai 700 juta orang meningkatkan daya tawar ini.

“Pemerintah [Indonesia] sangat vokal dalam mendukung inisiatif [keberlanjutan] ini. Tentu saja, dengan besarnya tantangan yang ada, kami yakin bahwa pendanaan pemerintah dan sektor publik tidak akan cukup dan modal swasta dapat memainkan peran penting. Secara global, PBB memperkirakan diperlukan investasi tahunan sebesar $5 triliun untuk mencapai SDG,” ujarnya saat ditemui Bisnis di Jakarta, Senin (16/10/2023). 

Sehingga, pihaknya melihat adanya peluang memobilisasi modal swasta dari investor dan manajer aset institusional untuk mengisi kesenjangan investasi. Jorge pun mengungkapkan keunikan Citibank terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan hubungan lokal di Indonesia sambil memanfaatkan aksesnya ke jaringan investor internasional di dunia, termasuk Eropa dan Amerika Utara. 

“Oleh karena itu, Citi memiliki posisi unik untuk memberikan solusi pembiayaan yang tepat untuk proyek-proyek berkelanjutan dan sosial di Indonesia serta berkontribusi terhadap upaya global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” tambahnya.

Potensi Sektor Berkelanjutan di Indonesia

Adapun, menurut Jorge terdapat sejumlah alasan mengapa beberapa sektor memiliki potensi besar untuk pengembangan melalui investasi dan pendanaan berkelanjutan di Indonesia.  Mulai dari, pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM), pendidikan, layanan kersehatan, perumahan terjangkau hingga financial technology (fintech). 

Baginya, khusus fintech, potensi konektivitas digital menjadi penting untuk memperluas inklusi keuangan, terutama bagi masyarakat yang sebelumnya tidak punya akses. 

“Kami tahu bahwa lebih dari 40% orang dewasa di Indonesia masih kekurangan akses terhadap layanan keuangan. Oleh karena itu, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan dan kami siap mendukung klien kami untuk menjangkau segmen yang kurang terlayani,” ujarnya. 

Lebih lanjut, keamanan pangan dan pertanian berkelanjutan menjadi sektor yang menarik, Lantaran, kontribusi atas sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memiliki nilai yang signifikan

“Ketahanan pangan sangat penting karena demografi dan kontribusi sektor pertanian sebesar 12% terhadap PDB Indonesia. Saat ini terdapat peluang besar untuk menggunakan model digital untuk menghubungkan petani kecil dan nelayan dengan pasar,” kata Jorge.Sebagai bank yang bakal fokus ke bisnis corporate banking dan tidak akan menyalurkan credit consumer langsung secara ritel, kata Jorge pihaknya akan aktif mengikuti perkembangan klien dalam menyiapkan pendanaan tambahan untuk mencapai skala tertentu. 

Tercatat, di Indonesia sendiri, Citibank. N.A., Indonesia (Citi Indonesia), telah memfasilitasi berbagai transaksi pembiayaan sosial, salah satunya melalui BTN (BBTN) senilai US$100 juta pada Mei 2022. Dana jumbo ini untuk membangun 2,.857 hunian bagi keluarga berpenghasilan rendah dan menengah. 

Selain itu, Citi juga memberikan fasilitas pembiayaan sosial bersama Home Credit senilai Rp275 miliar pada Desember 2022. Fasilitas pembiayaan sosial ini bertujuan untuk membantu 44.600 masyarakat membeli perangkat digital dasar seperti ponsel pintar (smartphone) dan tablet, di mana hampir setengahnya adalah perempuan.

Baginya, konektivitas digital menjadi sangat penting, terutama bagi segmen pendapatan rendah. Sehingga, Citigroup telah memberikan transaksi untuk memfasilitasi akses ponsel pintar bagi mereka yang sebelumnya tidak memiliki riwayat kredit, sehingga mereka dapat terlibat dalam ekonomi digital.

“Jadi transaksi yang kami berikan di sini pada hakikatnya untuk mendukung klien kami dalam menjangkau segmen masyarakat berpenghasilan rendah, masyarakat yang tidak memiliki riwayat kredit, sehingga dapat mengakses teknologi dan berpartisipasi dalam ekonomi digital,” jelasnya. 

Selanjutnya, pada Maret 2023, Citi Indonesia juga mengumumkan fasilitas pembiayaan sosial bersama untuk PT Permodalan Nasional Madani (PNM) senilai Rp150 miliar, untuk membantu PNM dalam memperluas portfolio pinjaman mikro dan mendorong inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia yang kurang terlayani. 

Pembiayaan ini juga diharapkan dapat menjangkau 52.500 pengusaha mikro yang mayoritas adalah perempuan.

Sementara itu, di wilayah Asia lainnya, Citi juga memobilisasi pendanaan sebesar US$20 juta kepada ASA Filipina untuk mendukung pertumbuhan keuangan mikro bagi pengusaha perempuan; serta mendanai petani di India melalui kemitraan dengan IndusInd, yang diharapkan mampu mendorong inklusi ekonomi dan ketahanan pangan. 

Citi pun mendukung perintis transaksi penyeimbangan karbon sosial di Vietnam, yang membantu rumah tangga berpenghasilan rendah mengakses kompor hemat energi dan alat pemurni air, sekaligus memberikan peluang kerja bagi perempuan di komunitas pedesaan.

Terakhir, dia menyebut sejumlah transaksi-transaksi yang ada akan mendukung komitmen bank tersebut untuk memfasilitasi keuangan berkelanjutan sebesar US$1 triliun pada tahun 2030, sekaligus membantu mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB.

“Upaya-upaya di Asia ini juga akan berkontribusi terhadap upaya global Citi untuk mendorong kemajuan ekonomi bagi 15 juta rumah tangga berpenghasilan rendah, termasuk 10 juta perempuan, pada tahun 2025,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper