Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simpanan Dolar AS di BCA (BBCA) Tembus Rp76 Triliun

BCA (BBCA) mencatat simpanan dolar AS menembus US$4,8 miliar atau setara dengan Rp76 triliun.
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawati menghitung uang dolar AS di Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) mencatat simpanan dollar AS mencapai US$4,8 miliar atau Rp76,08 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2023.

Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) Vera Eve Lim mengatakan capaian itu turun 3% atau setara dengan Rp2 triliun.

“Turun sedikit 3% tidak besar, kalau dirupiahkan secara tahunan turun Rp2 triliun,” ujarnya dalam paparan Kinerja Kuartal III/2023 pada Kamis (19/10/2023).

Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengakui pihaknya terus berhati-hati dalam memberikan pinjaman dollar AS sehingga terkesan membatasi diri dalam menangkap valuta asing (valas). Tercatat, komposisi valas BCA hanya 6% dari total balance sheet

“Artinya kita tidak terlampau agresif untuk pinjaman valas, sebab itu dana pihak ketiga [DPK] valas kita cukupi sesuai dengan kebutuhan dari lending,” ujarnya. 

Di sisi lain, BCA sendiri tetap optimistis kinerja kreditnya masih akan moncer pada keseluruhan tahun ini. "Jadi proyeksinya kita tetap konservatif. Mudah-mudahan bisa capai target," kata Jahja.

BCA sendiri telah mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp766,1 triliun, tumbuh 12,3% secara tahunan (yoy) pada kuartal III/2023. Aset bank pun naik 7,2% yoy menjadi Rp1.381,4 triliun.

BCA pun mampu menjaga kualitas asetnya. Tercatat, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BCA mencapai level 2,04% pada September 2023, turun dari 2,16% pada September 2022.

Seiring dengan proyeksi Jahja itu, BI telah memutuskan untuk menaikan suku bunga acuannya 25 basis poin (bps) menjadi 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18 Oktober 2023 dan 19 Oktober 2023.

Kenaikan ini merupakan yang pertama kali setelah BI menahan suku bunga acuan pada level 5,75% selama 8 bulan terakhir. “

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 18 dan 19 Oktober 2023 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6%,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil RDG, Kamis (19/10/2023).

Dia mengatakan kenaikan suku bunga acuan ini bertujuan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global dan sebagai langkah preemptive dan forward looking.

Selain itu, kebijakan tersebut juga untuk memitigasi dampak global ke imported inflation sehingga inflasi tetap dapat dijaga pada tingkat 2-4% pada 2023 dan 1,5-3,5 persen pada 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper