Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rasio Margin Bunga NIM Tak jadi Target BCA, Kenapa?

BCA menyebutkan jika rasio margin bunga bersih atau NIM bukan menjadi suatu target, kenapa?
Pekerja membersihkan dinding kantor Bank Central Asia (BCA) di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (16/6/2020). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Pekerja membersihkan dinding kantor Bank Central Asia (BCA) di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (16/6/2020). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menyebut bahwa margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bukan merupakan suatu target bagi BCA, namun merupakan refleksi dari berbagai faktor, antara lain pergerakan suku bunga pasar dan peningkatan portofolio kredit.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan pada sembilan bulan pertama tahun 2023, NIM BCA tercatat mencapai 5,5% sejalan dengan peningkatan volume kredit. 

“Komposisi aktiva produktif BCA bergeser ke portofolio kredit yang memberikan imbal hasil lebih tinggi,” ujarnya pada Bisnis, Jumat (3/11/2023).

Adapun, dia menyebut dibandingkan dengan capaian di sepanjang semester I/2023, NIM turun tipis seiring dengan sedikit lebih tingginya biaya dana atau cost of funds, tetapi tetap di kisaran yang masih relatif terjaga, yakni dari sebelumnya 5,56%.

Sebagai tambahan, Hera menuturkan NIM hanya salah satu komponen dari profitabilitas. 

“Adapun komponen lainnya antara lain pendapatan nonbunga, biaya operasional, dan biaya provisi kredit. Melihat profitabilitas sektor perbankan perlu melihat secara keseluruhan,” katanya.

Pernyataan BCA sendiri seiring dengan sejumlah perbankan Tanah Air yang bersiap mengelola rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) di level yang terjaga di tengah tren suku bunga BI yang tinggi. 

NIM sendiri merupakan selisih antara suku bunga kredit yang diberikan perbankan dengan suku bunga yang dibayarkan kepada pemilik dana pihak ketiga (DPK) dalam bentuk simpanan atau pinjaman dana dari pihak lainnya.

Semakin besar angka NIM mengindikasikan bahwa potensi keuntungan perbankan dari dana yang disalurkan semakin besar.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan kala Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin ke level 6%, ini artinya akan menggerus rasio NIM perbankan.  

“Karena di satu sisi bank tentu untuk menjaga likuiditas harus menaikkan bunga funding, sementara dari sisi bunga kredit, bank harus berpikir lagi. Hal ini lantaran kalau langsung dinaikkan [suku bunga kredit] akan berpotensi untuk meningkatkan kredit bermasalah,” ujarnya pada Bisnis, Kamis (2/11/2023).

Sementara itu, Peneliti Lembaga ESED dan Praktisi Perbankan BUMN Chandra Bagus Sulistyo menilai NIM di industri perbankan saat ini masih menggairahkan dan berada di level yang sehat.

Meski begitu, dia menyebut untuk perbankan dapat mengelola NIM di level yang terjaga, artinya harus ada sejumlah hal yang dilakukan.  

"Perbankan harus mampu meraup dana murah alias current account saving account [CASA] dengan bagus, ekspansi kredit yang prospektif serta strategis agar menjaga kualitas kreditnya tetap bagus," katanya pada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper