Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank OCBC NISP Tbk. secara resmi meluncurkan ‘OCBC’ sebagai merek dan logo terbaru Bank yang efektif per 14 November 2023.
Sebagaimana diketahui, logo OCBC Indonesia terakhir kali diperbaharui pada 2008, sejalan dengan OCBC Bank yang menjadi pemegang saham mayoritas.
Sejalan dengan logo baru yang diperbaharui, Bank juga meluncurkan tagline baru: For now, and beyond (Terus Bersama, Melaju Jauh).
Presiden Direktur OCBC Indonesia Parwati Surjaudaja menyebut perubahan nama merek dan logo ini adalah bagian dari proses transformasi.
“Pokoknya semuanya untuk yang lebih baik, dan kami juga bisa naik level lagi, dan bisa berkontribusi untuk Indonesia lebih banyak lagi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (14/11/2023).
Lebih lanjut, dia menyampaikan sebagai bagian dari OCBC Group, pihaknya berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta turut membantu masyarakat untuk mencapai aspirasi keuangan mereka di Asean Greater China, dan sekitarnya.
Baca Juga
Menurutnya, dengan menggunakan nama merek dan logo yang sama di seluruh negara, OCBC Indonesia akan memberikan layanan keuangan yang lebih komprehensif bagi nasabah.
Nantinya, hal tersebut diimplementasikan dengan memaksimalkan sinergi antar negara melalui kapabilitas OCBC Group yang dipadukan dengan kekuatan, pengetahuan, dan nilai budaya lokal.
Hal senada juga disampaikan Group Chief Executive Officer of OCBC Helen Wong yang menuturkan bahwa langkah Indonesia mengganti merek dan logo terbaru merupakan langkah lanjutan usai sejumlah negara lain lebih dulu bergerak, yakni Singapura, Malaysia, Hong Kong dan Macau yang merupakan pasar utama OCBC, serta negara-negara ekonomi maju lainnya seperti London, New York, dan Sydney.
“Pada Desember nanti, China [Tiongkok] akan menjadi negara terakhir yang melakukan perubahan merek dan logo tersebut,” ucapnya.
Kata Helen, di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dan kondisi ekonomi yang kian menantang, sektor perdagangan dan investasi di seluruh Asean dan Greater China masih memiliki peluang yang besar dan bahkan terus meningkat.
Pihaknya bahkan optimistis dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang Indonesia. Sehingga, pihaknya akan terus berinvestasi di negara ini.
Lebih lanjut, Helen menyebut perubahan ini juga lebih meningkatkan akses untuk memanfaatkan berbagai kekuatan dan sumber daya dari OCBC Group, yang merupakan salah satu grup perbankan terbesar di Asia Tenggara.
Dengan begitu, OCBC dapat menawarkan berbagai pilihan produk dan layanan perbankan maupun nonperbankan yang lebih luas kepada nasabah, dengan akses ke pasar regional dan global.
Adapun, pada kuartal III/2023 perseroan membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp3,05 triliun, naik 20% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan perolehan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,54 triliun.
Penyaluran kredit naik 10% yoy menjadi Rp144,7 triliun pada kuartal III/2023. OCBC juga mencatatkan perbaikan kualitas asetnya terlihat dari rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross yang susut dari 2,32% pada September 2022 menjadi 1,89% pada September 2023. NPL nett juga turun dari 0,77% ke 0,66%.
Dari sisi pendanaan, OCBC NISP meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp184,24 triliun pada kuartal III/2023, naik 14% yoy. Adapun, dana murah atau current account saving account (CASA) bank telah terkumpul Rp95,27 triliun, 51,7% persen dari DPK.
OCBC NISP yang juga menjadi saham favorit Lo Kheng Hong (LKH) melaporkan meski di tengah tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), nyatanya tidak memberikan pengaruh pada kinerja perusahaan.
Sebagai informasi, berdasarkan data pemegang saham per 30 September 2023, Lo Kheng Hong memang berada di urutan 8 dari daftar 20 besar pemegang saham. Tercatat, LKH memiliki 120,84 juta saham atau setara 0,53%.
Parwati mengatakan sebagai bank yang oleh kelompok perbankan dan keuangan Singapura tak melihat ada dampak serius atau signifikan atas pelemahan rupiah. “Enggak ah, biasa aja,” ucapnya singkat.
Lalu, kala disinggung terkait capaian penempatan eksportir atas devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) di tengah dinamika nilai tukar rupiah, pihaknya mengatakan belum terlalu aktif dalam menangkap valuta asing
“Capaian DHE, belum [dobel digit]. DHE itu kayaknya [saat ini] yang lebih aktif bank pemerintah, OCBC kita juga iya [merupakan bagian 20 appointed bank TD Valas DHE], tapi belum terlalu aktif,” tuturnya.