Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia siap memimpin untuk menjadi salah satu dari tiga negara teratas di pasar pembayaran digital di Asia Tenggara, dengan perkiraan Nilai Transaksi Bruto (GTV) sebesar US$313 miliar yang diharapkan pada 2023, menurut Laporan e-Conomy SEA 2023 yang baru-baru ini dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company.
Laporan ini mencakup pembayaran digital termasuk kartu kredit, kartu debit, kartu prabayar, transaksi rekening ke kening (account-to-account transactions), dompet digital (e-wallet), dan uang tunai, yang menunjukkan pertumbuhan impresif dalam sektor pembayaran digital yang didorong oleh inovasi.
Penelitian dari InsightsAsia menyatakan bahwa 71% masyarakat Indonesia memilih e-wallet sebagai metode pembayaran yang paling disukai, diikuti oleh mobile banking dan uang tunai.
Namun, pengenalan transaksi rekening ke rekening oleh Bank Indonesia yang dikenal dengan sebutan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) telah menjadi pendorong utama perubahan transformatif ini.
Gopay dan OVO telah memimpin sebagai pelopor dalam lanskap dompet digital Indonesia. Penelitian dari InsightsAsia menunjukkan bahwa 58% dari pengguna dompet digital tetap setia menggunakan Gopay, sementara 53% loyal kepada OVO.
Kesuksesan mereka dapat diatribusikan kepada lima faktor inti yakni, komitmen kuat terhadap keamanan pengguna, kemudahan penggunaan dalam transaksi, membebaskan batasan penggunaan bulanan, serta memberikan fleksibilitas untuk kebutuhan sehari-hari.
Baca Juga
Yang membedakan Gopay dan OVO adalah integrasi mereka dalam ekosistem super aplikasi yang menawarkan berbagai layanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Ekosistem ini yang mampu membawa dampak pertumbuhan yang berkelanjutan bagi Gopay dan OVO.
Keberhasilan QRIS tidak dapat dimungkiri, dengan peningkatan pesat dalam jumlah pengguna dari 14,78 juta pada 2021 hingga 28,75 juta pada Desember 2022. Pengaruhnya tidak hanya sebatas kenyamanan, melainkan juga peran pentingnya dalam memperluas layanan keuangan kepada warga yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank, yang merupakan perkembangan krusial dalam pasar yang sedang berkembang di Indonesia.
QRIS menyederhanakan pembayaran digital, memberdayakan mereka yang sebelumnya tidak memiliki akses ke sistem keuangan formal, serta memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi negara.
Sektor pembayaran digital Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang mengesankan, sebagaimana dilaporkan dalam Laporan e-Conomy SEA 2023 bahwa ekonomi digital diperkirakan akan tumbuh dari US$76 miliar pada 2022 menjadi US$82 miliar pada 2023.
Dengan ukuran pasar dan skala yang begitu besar, sektor pembayaran digital diperkirakan akan mencapai GMV sekitar US$110 miliar pada 2025.
Dua tahun terakhir kita telah menyaksikan pertumbuhan berlipat ganda yang mencolok sebesar 22% dan 10% dalam sektor pembayaran digital di Indonesia, sebuah tren yang diharapkan berlanjut hingga 2030, memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu dari tiga pasar pembayaran digital terdepan di kawasan Asia Tenggara.
Status Indonesia sebagai pasar smartphone dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, dengan 80% penduduknya memiliki smartphone, makin mendorong penerapan pembayaran digital, khususnya QRIS.
Inklusi digital yang berkembang pesat, ditandai dengan peningkatan penetrasi internet yang signifikan. Pada awal 2023, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 77% dari total penduduk.
Analisis Kepios menunjukkan peningkatan pengguna internet di Indonesia sebesar 5,2% antara 2022 dan 2023.
Prevalensi smartphone dan penetrasi internet memastikan bahwa metode pembayaran digital seperti Gopay, OVO dan QRIS dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat, bahkan di wilayah non-metropolitan besar.
Sebagai kesimpulan, sektor pembayaran digital Indonesia mengalami pertumbuhan luar biasa dan siap memimpin pasar Asia Tenggara hingga 2030.
Inovasi QRIS dan pertumbuhan konsisten serta berkelanjutan dalam penggunaan dompet digital seperti Gopay dan OVO di Indonesia telah memainkan peran penting dalam pertumbuhan ini, menjadikan transaksi lebih mudah diakses dan nyaman bagi semua orang termasuk mereka yang berada di kota-kota non-metropolitan dan memiliki potensi untuk terus berkembang, serta mereka yang belum memiliki rekening bank.
Namun, kita memerlukan lebih banyak inovasi yang dapat memaksimalkan manfaat teknologi digital yang mendorong inklusi dan partisipasi. Seiring dengan upaya negara ini menuju pertumbuhan yang menguntungkan, perluasan inklusi dan partisipasi digital di semua sektor akan menjadi kunci untuk memanfaatkan potensi penuh dari pasar negara berkembang ini. Kisah sukses Indonesia harus menjadi inspirasi bagi negara-negara lain yang berupaya memanfaatkan pembayaran digital untuk pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan.