Bisnis.com, JAKARTA— PT BFI Finance Indonesia Tbk. atau BFI Finance (BFIN) menargetkan pertumbuhan bisnis double digit pada 2024. Hal tersebut diungkapkan Direktur Bisnis BFI Finance Sutadi dalam Public Expose (PE) pada Rabu (22/11/2023).
“Target masih confident [percaya diri] bisa growth [tumbuh] di atas 10% dengan catatan tidak ada hal di luar ekspektasi kami,” kata Sutadi.
Sutadi mengatakan untuk mencapai hal tersebut pihaknya akan mengoptimalkan produk dan kanal yang sudah dimiliki perusahaan.
BFI Finance diketahui memiliki 271 jaringan yang tersebar di enam wilayah yakni Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatera, Kalimantan, serta Sulawesi dan Indonesia Timur. Jaringan terbesar berada di Jawa, Bali, Nusa Tenggara, disusul oleh Sulawesi dan Indonesia Timur.
Sutadi mengatakan pihaknya pun yakin bahwa pembiayaan multiguna dan modal kerja akan bertumbuh. Meskipun pembiayaan investasi baik mesin maupun alat berat kemungkinan akan terdampak kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang naik 6%.
Sementara itu, Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono melihat bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) yang berlangsung pada tahun depan tak akan berdampak kepada bisnis multifinance. Terlebih menurutnya Pemilu bukan hal yang baru di Indonesia. Berbagai kondisi sosial ekonomi sudah pernah dialami oleh perusahaan yang berdiri pada 1982 tersebut.
Baca Juga
“Kami tidak melihat bahwa Pemilu 2024 itu akan mengalami gejolak sosial di masyarakat. Sehingga kami yakin dari sisi stabilitas pertumbuhan ekonomi. Dan juga dari sisi kondisi umum di masyarakat juga akan jauh lebih baik dari pemilu sebelumnya, itu akan berdampak positif dari sisi bisnis,” papar Sudjono.
Sudjono mengatakan yang menjadi tantangan justru perlambatan ekonomi di dunia. Serta konflik yang terjadi di berbagai negara, seperti di Ukraina, Rusia, dan Timur Tengah.
Menurutnya apabila dampak perang meluas dan menjadi sentimen sosial, maka bisa berdampak terhadap bisnis multifinance di Indonesia.
“Tapi sejauh ini kami masih confident bahwa tidak ada gangguan dari sisi mikro, dan kami berharap tidak ada gangguan dari sisi makro juga,” ungkapnya.
Pada akhir 2023, BFI Finance masih mengantisipasi penurunan laba dibandingkan 2022 lantaran serangan siber yang dihadapi pada Mei silam. Pada kuartal III/2023, laba perusahaan diketahui merosot 10,2% menjadi Rp1,17 triliun.
Pada September 2022, perusahaan mampu mengantongi laba sebanyak Rp1,3 triliun. Beban operasional yang ditanggung juga meningkat 45,7% menjadi Rp2,5 triliun dari sebelumnya Rp1,78 triliun.
Meskipun laba turun dan beban naik, total pendapatan naik sebanyak 23,9% menjadi Rp4,7 triliun dari sebelumnya Rp3,8 triliun.
Dari sisi piutang yang dikelola mencapai Rp21,9 triliun atau meningkat 19,3% dibandingkan pada September 2022 yakni Ro18,3 triliun.
Dari sisi aset, perseroan mengantongi Rp 24,16 triliun, yang naik 20,8% dibandingkan Rp20 triliun pada September 2022. Jumlah ekuitas perusahaan juga naik 9,5% menjadi Rp9,4 triliun dibandingkan Rp8,5% pada September 2022.