Bisnis.com, JAKARTA - Visa Indonesia melaporkan terjadi peningkatan fraud alias aktivitas penipuan selama musim liburan di seluruh transaksi, baik dengan kartu fisik (card-present/CP) maupun secara online (card-not-present/CNP).
Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman mengatakan berdasarkan Holiday Edition Threats disebutkan, tingkat penipuan pada musim libur 2022 meningkat 11% dibandingkan di luar musim libur. Angka ini meningkat 8% dibanding tahun sebelumnya pada periode yang sama.
”Ada beberapa fraud terjadi. Biasanya skimming digital itu, biasanya si fraudster bisa nge-hack data dari pedagang digital,” ujarnya dalam Konferensi Pers Contactless Talk di Jakarta, Senin (18/12/2023).
Tak hanya itu, kata Riko, phishing dan social engineering juga sering diterima oleh banyak masyarakat. Biasanya, calon korban mendapatkan email ataupun telepon, di mana pencuri kerap berpura-pura sebagai pihak bank.
Lebih lanjut, dirinya mengatakan seiring dengan musim liburan, membuat lalu lintas pengunjung di toko-toko fisik dan ATM kian meningkat. Alhasil, para pelaku penipuan kemungkinan besar akan menargetkan terminal ATM dan Point of Sale (POS) dengan serangan skimming.
“Keempat, biasanya banyak skema penipuan dengan one-time-passcode (OTP) untuk mendapatkan akses ke akun pemegang kartu, biasanya lewat social engineering. Terakhir, biasanya pencuri langsung mencuri kartu atau handphone,” katanya.
Baca Juga
Meski begitu, Riko menyebut Visa sendiri memiliki sistem security untuk mengidentifikasi fraud, guna memantau ancaman di jaringan, bahkan pada masa-masa sibuk seperti liburan akhir tahun untuk mencegah penipuan.
“Kami juga mendorong masing-masing issuer agar punya fraud detection sendiri, jadi kita double protection,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sebagai issuer kartu kredit Visa. Perseroan mengamini bahwa kejahatan untuk kartu kredit kian marak kala akhir tahun.
Department Head of Premium Partnership BNI Card Business Prilyanti Maulydia mengatakan perseroan terus mengembangkan notifikasi alert ke user sehingga dapat melihat apabila adanya transaksi mencurigakan.
Wanita yang kerap disapa Maudy itu juga menyebut bahwa BNI selalu melakukan sosialisasi soal pencegahan dini terkait fraud lewat media kontak resmi. Adapun, pertahanan pertama ada pada masing-masing konsumen.
“Sebagai konsumen kalau mau transaksi online harus dicermati apakah itu trusted merchant atau tidak. Kita juga harus waspada saat menerima telepon, email, Whatsapp atau apapun mengatasnamakan BNI baik itu undangan atau bahkan file dari kurir,” tuturnya.