Bisnis.com, JAKARTA— Tech winter diprediksi masih terjadi pada 2024. Kondisi tersebut menjadi ancaman tersendiri bagi perusahaan rintisan atau startup, di mana investor lebih selektif melakukan pendanaan yang berujung bisa menyebabkan startup mulai berguguran.
Steering Committee IFSoc sekaligus Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro mengatakan tech winter masih terjadi pada tahun depan lantaran beberapa hal. Termasuk faktor makroekonomi hingga geopolitik di mana masih terjadi perang di beberapa negara. Selain itu, dia juga menyoroti kebijakan tingkat suku bunga yang tinggi.
“Apakah tech winter akan berlanjut ke 2024? penerawangan kami masih. Kondisinya masih seperti itu, salah satunya karena tingkat suku bunga. Sektor bank di sini juga belum kelihatan menurunkan tingkat tubuh bunga,” ungkap Eddi dalam acara virtual Catatan Akhir Tahun 2023 Industri Financial Technology dan Ekonomi Digital yang digelar IFSsoc, Jumat (29/12/2023).
Kendati demikian, Eddi meyakini investor masih melirik perusahaan rintisan terutama untuk perusahaan yang baru memulai (early stage). Namun dia juga mengingatkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan startup, di antaranya untuk memperpanjang runaway atau jumlah waktu sebelum kehabisan dana.
“Runway yang tadi cukup untuk 12 bulan, dia harus dibikin 16 bulan. Caranya bagaimana? Ya, melakukan efisiensi. Mengurangi promo. Yang orang bilang bakar-bakar uang itu ya [dikurangi],” ungkapnya.
Baca Juga
Tidak hanya itu, Eddi mengatakan startup juga harus mengurangi ekspansi di tengah kondisi ini. Serta menunda peluncuran fitur baru dan sebagainya. Dia juga menyarankan agar startup bisa melakukan fundraising, tetapi dengan valuasi yang lebih masuk akal.
Jangan Harap Valuasi Startup Bisa Dua Kali Lipat dari Fundraising
“Jadi, jangan harap valuasi bisa dua kali lipat pada saat fundraising. Jadi, memang harus lebih realistik juga dari sisi valuasinya,” ungkapnya.
Eddi pun membeberkan beberapa sektor yang masih prospektif untuk pendanaan pada tahun depan. Beberapa di antaranya yakni startup yang bergerak di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan. Menurutnya ketiga sektor tersebut masih diminati, terlebih tema food sustainability masih menjadi tema yang besar.
“Banyak negara sudah tidak mau ekspor bahan pangannya. Jadi, sebuah negara harus self-sustainable. Jadi, itu sesuatu yang menarik,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, energi hijau juga semakin diminati di tengah dampak perubahan iklim dunia.