Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Masyarakat RI Masih Doyan Makan Tabungan di 2024

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut siklus masyarakat makan tabungan akan terus berlanjut.
Karyawan mencoba layanan terbaru dalam aplikasi milik Bank Tabungan Negara./Istimewa
Karyawan mencoba layanan terbaru dalam aplikasi milik Bank Tabungan Negara./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA --Fenomena masyarakat makan tabungan alias 'mantab' terus terjadi hingga pengujung tahun lalu. Pasalnya, tabungan tersebut kian tergerus seiring dengan meningkatnya belanja masyarakat bersaldo di bawah Rp100 juta. Lantas, apakah tren ini bakal berlanjut hingga 2024?

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebut siklus masyarakat makan tabungan akan terus berlanjut, mengingat tahun ini proyeksi inflasi akan lebih tinggi, yakni kisaran 3-3,5%. Adapun, posisi inflasi pada November 2023 berada di level 2,86% (yoy).

"Tetapi [kenaikan inflasi] tidak bisa dikejar oleh [kenaikan] upah minimum. Inilah yang membuat masyarakat itu opsinya berhemat dengan makan tabungan. Kalau sudah [berhemat], maka mau enggak mau dia harus dapat pinjaman kredit konsumsi dari bank atau pinjaman online," ujarnya saat ditemui di Wisma Bisnis Indonesia, Senin (15/1/2024).

Selain itu, kata Bhima, Mantab juga terjadi karena harga baik hunian ataupun properti. Menurutnya, sebagai salah satu kebutuhan, masyarakat harus membayar cicilan yang diambil dari tabungan. Sehingga, antara upah minimum, rata-rata pendapatan dan kenaikan harga tanah itu makin tidak terkejar.

Lebih lanjut, kenaikan suku bunga pun menjadi salah satu penyumbang fenomena ini terus berlanjut. Pasalnya, orang yang makan tabungan kerap melakukan pinjaman ke bank. Apalagi, efek suku bunga yang naik tahun lalu, membuat biaya cicilan bulanan meningkat dan itu bisa mengurangi tabungan untuk cicilan rutin.

Terakhir, bagi Bhima, Mantab sendiri erat kaitannya dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang berkualitas. "Bahkan, 13% tenaga kerja tidak dibayar," ucapnya.

Sebelumnya, pada kesempatan terpisah, Chief Economist BRI Anton Hendranata juga melaporkan bahwa sejak lima tahun ke belakang, tabungan masyakarat dengan saldo di bawah Rp100 juta kian susut. 

Hal ini tercermin sejak 2019, di mana rata-rata saldo masyarakat sempat menyentuh Rp3 juta. Angka ini kian tergerus, pada 2020 menjadi Rp2,8 juta. Kemudian, di 2021 menjadi Rp2,6 juta dan 2022 menjadi Rp2 juta. Sampai pada September 2023 tabungan kian tertekan menjadi Rp1,9 juta.

“Rata-rata saldo masyarakat kecil cenderung tertekan dengan kata lain ‘mantab’ makan tabungan. Ini jadi pekerjaan rumah,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper