Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masyarakat Kecil Berbondong Makan Tabungan di 2023, Berlanjut Tahun Ini?

Fenomena masyarakat makan tabungan alias 'mantab' terus terjadi hingga pengujung tahun lalu seiring meningkatnya belanja masyarakat kelompok bawah.
Nasabah memperlihatkan buku tabungan di Bank KB Bukopin di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Nasabah memperlihatkan buku tabungan di Bank KB Bukopin di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (26/1/2022). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena masyarakat makan tabungan alias 'mantab' terus terjadi hingga pengujung tahun lalu. Pasalnya, tabungan tersebut kian tergerus seiring dengan meningkatnya belanja masyarakat kelompok bawah. Lantas, apakah tren ini bakal berlanjut hingga 2024?

Adapun di penghujung tahun lalu, Mandiri Spending Index (MSI) mencatatkan angka 188,2, yang menunjukkan bahwa belanja masyarakat 88,2% lebih tinggi dibandingkan periode sebelum pandemi, yaitu Januari 2020. 

Berdasarkan laporan yang sama, indeks tabungan masyarakat kelompok bawah alias kelompok di bawah Rp1 juta sebesar 47,4 pada Oktober 2023.

Jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, indeks tabungan tersebut lebih rendah dibanding indeks belanja masyarakat menengah sebesar 98,5 dan kelompok belanja masyarakat kelas atas 96,3

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengungkapkan tren makan tabungan pada masyarakat kecil mungkin akan terjadi selama beberapa waktu ke depan pada 2024. 

Kemudian, Yudo menjelaskan bahwa tabungan yang dikonsumsi oleh masyarakat, merupakan akumulasi tabungan yang terkumpul pada waktu Covid-19, saat terjadinya pandemi dan pembatasan sosial. 

“Jadi, bisa dibilang tahun 2022 itu based [tabungan] cukup tinggi. Lalu, beranjak 2023 mereka mulai menarik tabungannya,” ujarnya dalam Mandiri Macroeconomic Outlook yang dikutip Bisnis, Kamis (4/1/2024)

Di sisi lain, dampak atas fenomena makan tabungan ini memang sebenarnya sangatlah terbatas. Ini tercermin dari proporsi konsumsi masyarakat terbawah hanya sekitar 18%. Sisanya kontribusi lebih besar disokong oleh masyarakat menengah dan atas terhadap konsumsi nasional lebih dari 80%.

Dirinya mengatakan ada dua hal yang bisa dilakukan pemerintah, yaitu lewat bantuan langsung tunai untuk mendorong konsumsi masyarakat bawah dengan terus menjaga inflasi. 

Senada, Chief Economist BRI Anton Hendranata yang juga melaporkan bahwa sejak lima tahun ke belakang, tabungan masyakarat dengan saldo di bawah Rp100 juta kian susut.

Misal pada 2019, kelompok ini memiliki rata-rata saldo Rp3 juta. Angka ini kian tergerus, pada 2020 menjadi Rp2,8 juta. Kemudian, di 2021 menjadi Rp2,6 juta dan 2022 menjadi Rp2 juta. Sampai pada September 2023 tabungan kian tertekan menjadi Rp1,9 juta. 

“Rata-rata saldo masyarat kecil cenderung tertekan dengan kata lain ‘mantab’ makan tabungan. Ini jadi pekerjaan rumah,” ungkapnya. 

Sedangkan, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai fenomena ini hanyalah musiman dan suatu kondisi yang normal. Pasalnya, dia melihat adanya pergerakan inflasi, kenaikan harga kebutuhan pokok hingga penurunan nilai rupiah yang signifikan. 

Amin juga menyebut perlambatan Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah suatu yang juga seasonal. Menurutnya, saat ini masyarakat tengah memanfaatkan instrumen lain dalam menyimpan dananya.

  “Saat ini, bank sudah banyak disaingi fintech lalu bank digital. Mengingat, bank itu hanya memberikan imbal balik tabungan 0% hingga 1,5% saja,” tuturnya.

Saat dihubungi terpisah, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan melambatnya pertumbuhan tabungan justru bisa dinilai sebagai suatu yang positif.

"Bila [perlambatan tabungan] diikuti dengan meningkatnya investasi, ekspansi usaha dan berkurangnya pengangguran maka akan berdampak baik,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper