Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat simpanan nasabah di bank dengan nominal di atas Rp5 miliar mengalami penyusutan jelang tahun baru 2024 atau November 2023. Meski begitu, simpanan nasabah tajir itu masih mendominasi keseluruhan simpanan di bank.
Berdasarkan data Distribusi Simpanan Bank Umum yang dirilis LPS, total nominal simpanan bank umum per November 2023 mencapai Rp8.274 triliun, naik 0,06% secara bulanan (Month-on-Month/MoM). Sementara, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), nilai simpanan nasabah di bank umum naik 0,9%.
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau secara tahunan (year on year/yoy), simpanan nasabah di bank itu naik 3%.
Adapun, LPS mencatat total rekening simpanan bank umum per November 2023 mencapai 554,60 juta rekening, naik 1,4% MoM.
Berdasarkan tiering-nya, simpanan nasabah tajir atau bernilai di atas Rp5 miliar mulai melesu. Tercatat, simpanan nasabah dengan nominal di atas Rp5 miliar di bank mencapai Rp4.369 triliun, turun 0,3% MoM, turun 0,2% ytd, dan hanya tumbuh 1,6% yoy.
Pertumbuhannya cenderung lesu dibandingkan dengan tier simpanan nasabah dengan nominal di bawah Rp100 juta yang naik 1,4% MoM, naik 0,1% ytd, dan naik 3,5% yoy.
Baca Juga
Meski begitu, simpanan nasabah tajir masih mendominasi. "Berdasarkan tiering simpanan, nominal simpanan terbesar terdapat pada tiering simpanan di atas Rp5 miliar yang mencakup 52,8% dari total simpanan," tulis LPS dalam laporan terbarunya pada Jumat (29/12/2023).
Direktur Group Riset LPS Herman Saheruddin mengatakan simpanan nasabah dengan nominal di atas Rp5 miliar ini didominasi oleh korporasi swasta yang mencapai 49,14%. Sementara, porsi perseorangan di nasabah dengan nominal Rp5 miliar mencapai 17,92%. Sisanya merupakan simpanan milik pemerintah pusat dan daerah, BUMN, dan BUMD.
Adapun, pada tahun lalu simpanan nasabah dengan nominal di atas Rp5 miliar ini tumbuh pesat. Simpanan nasabah dengan nominal di atas Rp5 miliar bisa naik 9,6% yoy pada kuartal III/2022.
Kenaikan pesat simpanan nasabah tajir itu terjadi karena saat itu korporasi menahan uangnya untuk berinvestasi ketika pandemi Covid-19. Baru lah pasca pandemi korporasi mulai aktif untuk berekspansi.