Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) milik konglomerat Dato Sri Tahir mencatatkan kinerja harga saham yang jeblok dalam sepekan periode perdagangan 15 Januari 2024 hingga 19 Januari 2024 seiring dengan gelaran aksi tambah modal melalui right issue.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham MAYA turun 9,32% pada perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (19/1/2024) ditutup di level Rp214. Harga saham MAYA juga amblas 30,06% dalam sepekan periode perdagangan 15 Januari 2024 hingga 19 Januari 2024.
MAYA juga terpantau memimpin top losers alias menjadi saham paling boncos di bursa selama sepekan periode 15-19 Januari 2024.
Senior Investment Information Mirae Asset Nafan Aji Gusta juga mengatakan kinerja jebloknya harga saham MAYA terjadi di tengah gencarnya penjualan saham. "Masih terjadi tekanan jual untuk MAYA," katanya kepada Bisnis pada Senin (22/1/2024).
Adapun, MAYA mencatatkan nett foreign sell pada 19 Januari 2024 sebesar Rp31,49 miliar. Dari sisi fundamental, Bank Mayapada sebenarnya memiliki valuasi yang undervalue terlihat dari rasio price to book value (PBV). Namun, kinerja keuangan MAYA jeblok, setidaknya hingga kuartal III/2023.
"Kinerja dari sisi bottom line ini jadi alasan kenapa saham ini mengalami penurunan," ujar Nafan.
Baca Juga
Bank milik konglomerat Dato Sri Tahir ini mencatatkan laba bersih Rp66,02 miliar pada kuartal III/2023, tergerus 39,83% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp109,74 miliar.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank juga susut dari 2,4% pada September 2022 menjadi 1,57% pada September 2023.
Bank Mayapada juga mencatatkan pembengkakan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dari 97,62% ke 98,77%. Semakin besar rasio BOPO menunjukkan semakin tidak efisiennya perbankan dalam menjalankan usahanya.
Tercatat, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross naik dari 3,11% pada September 2022 ke level 3,8% pada September 2023. NPL nett juga naik dari 1,77% ke 2,93%.
Jebloknya harga saham Bank Mayapada ini juga terjadi di tengah aksi right issue. Adapun, Bank Mayapada mendapatkan level harga teoritis yang ditetapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode right issue pada Rp228 per lembar. Sejak mendapatkan harga teoritis, harga saham MAYA juga turun 6,14%.
Sementara itu, berdasarkan keterbukaan informasi, Bank Mayapada mencatatkan penambahan saham 78,54 juta lembar dalam right issue. Alhasil, jumlah saham setelah pencatatan saham hasil pelaksanaan right issue menjadi 18,19 miliar.
"Tanggal pencatatan saham baru adalah 22 Januari 2024," tulis Manajemen Bank Mayapada di keterbukaan informasi pada akhir pekan lalu (19/1/2024).
Sebagaimana diketahui, Bank Mayapada menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) XIV atau right issue sebanyak 26,74 miliar lembar. Periode pelaksanaan right issue itu pada 15 Januari 2024 hingga 19 Januari 2024.
Bank Mayapada memproyeksikan dana yang diperoleh dari gelaran right issue itu berjumlah sebanyak-banyaknya sebesar Rp4,01 triliun.
Rencananya, dana yang diperoleh dari PMHMETD XIV setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan dipergunakan seluruhnya oleh perseroan untuk modal kerja dalam rangka pengembangan usaha terutama dalam pemberian kredit.