Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) akan melaporkan kinerja keuangan pada hari ini, Jumat (26/1/2024) sore hari. Konsensus analis memprediksi laba bersih BBNI meningkat menjadi Rp21,15 triliun sepanjang 2023. Lantas, seperti apa tren laba BNI selama ini?
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank-bank jumbo atau kelompok bank dengan modal inti (KBMI) IV telah mendulang laba Rp156,36 triliun hingga November 2023, naik 18,22% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Raupan laba bank jumbo itu mendominasi laba di industri perbankan secara keseluruhan, di mana bank umum di Indonesia pada November 2023 mencatatkan laba Rp221,62 triliun. Artinya, 70% laba industri perbankan di Indonesia dihasilkan oleh bank-bank jumbo termasuk BNI.
Jika ditilik lebih dalam dalam tren lima tahun terakhir, BNI sempat mengalami penurunan laba bersih secara tajam pada 2020 akibat pandemi Covid-19 dalam raihan cuan. Meski begitu, tahun selanjutnya BNI masih mampu melanjutkan pertumbuhan.
Mengutip dari data Bloomberg, rinciannya sepanjang 2018, BNI meraih laba bersih Rp15,01 triliun. Kemudian pada 2019 menjadi Rp15,36 triliun.
Sayangnya, pada 2020, laba BNI harus terkoreksi hingga 78,64% akibat pandemi Covid-19, sehingga perseroan hanya membukukan laba bersih sebesar Rp3,28 triliun dari capaian 2019. Lalu, laju laba BNI kembali bertenaga pada 2021, di mana BNI meraup cuan Rp10,9 triliun.
Baca Juga
Sampai akhirnya pada akhir 2022, BNI kembali mencatatkan laba bersih yang menyentuh Rp18,32 triliun, alias tumbuh 67,98% dibanding periode sebelumnya,
Seiring dengan rilisnya laporan kinerja BNI sepanjang 2023, Ciptadana Sekuritas memprediksi BBNI masih memiliki penilaian yang paling menarik di antara bank-bank besar sementara profil ROE-nya yang sedang tren menghasilkan profil kredit yang lebih baik.
Saham BBNI sendiri masih mendapatkan peringkat overweight dari Ciptadana Sekuritas dan menjadi pilihan utama saham big banks yang direkomendasikan beli dengan target Rp5.825
“Kami percaya bahwa pertumbuhan pinjaman akan mencapai titik terendah pada 7% pada 2023 dan akan meningkat menjadi 11% pada tahun 2024. Hal ini didorong oleh pertumbuhan yang lebih seimbang di seluruh segmen,” tulis analis Erni Marsella Siahaan, yang dikutip Bisnis, Jumat (26/1/2024).
Selain kata Erni, BNI juga membuka ruang untuk rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi yaitu sebesar 50%,dibandingkan dengan dividend payout ratio historisnya sebesar 20-30%. Hal ini dimungkinkan karena CAR berada pada level yang sehat yaitu 19% pada kuartal II/2023 .
Laba BNI 2018-2022 | |
---|---|
Tahun | Perolehan Laba |
2018 | Rp15,01 triliun |
2019 |
Rp15,36 triliun |
2020 |
Rp3,28 triliun |
2021 |
Rp10,9 triliun |
2022 |
Rp18,32 triliun |
Sumber: Bloomberg, BNI, diolah
Kinerja BBNI
Berkaca pada kuartal sebelumnya, BNI telah meraup laba bersih konsolidasi Rp15,75 triliun pada kuartal III/2023, naik 15,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp13,69 triliun.
Kinerja laba BNI terdorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) Rp31,13 triliun, naik 3,1% yoy. Namun, margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank turun dari 4,8% pada September 2022 ke level 4,64% pada September 2023.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan didukung kinerja kredit yang mengalami akselerasi pada kuartal III/2023.
"Akselerasi ini membuat kredit tumbuh 7,8% menjadi Rp671,4 triliun yang didorong ekspansi segmen berisiko rendah, korporasi blue chip, segmen konsumer, dan anak usaha," ujarnya.