Bisnis.com, JAKARTA -- Sederet bank jumbo Tanah Air terus mengerek kinerja. Sepanjang 2023, sejumlah bank Tanah Air telah mencetak cuan berkat lompatan rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang besar pada beberapa tahun terakhir.
Sebagaimana diketahui, NIM memberikan gambaran tentang seberapa efisien suatu lembaga keuangan dalam menghasilkan keuntungan dari selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh dan biaya bunga yang dibayar.
Makin besar angka NIM mengindikasikan bahwa potensi keuntungan perbankan dari dana yang disalurkan semakin besar.
Bank Indonesia (BI) yang telah memberikan sinyal soal penurunan suku bunga dinilai Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin akan berpengaruh pada besaran margin bunga bersih sebagai salah satu aspek pertumbuhan laba perbankan.
Pasalnya, saat BI menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin ke level 6%, maka mau tak mau mampu mengecilkan rasio NIM perbankan.
Baca Juga
“Dampak [penurunan suku bunga bagi bank] mungkin akan terasa pada bank dalam kuartal IV/2024,” katanya pada Bisnis yang dikutip, Selasa (6/2/2024).
Prediksi pun datang dari Ciptadana Sekuritas yang mengatakan kinerja NIM bakal mentereng apabila ada pemangkasan suku bunga dari bank sentral.
Disebutkan, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi pihak yang paling diuntungkan dari penurunan suku bunga acuan pada 2024, dengan ekspansi margin bunga bersih (NIM) sekitar 20 basis poin (bps) berkat fokus yang kuat pada sektor mikro.
Dengan menurunnya suku bunga acuan, biaya bunga yang dibayarkan oleh BBRI kemungkinan akan menurun lebih cepat dibandingkan pendapatan bunga yang diperoleh dari portofolio pinjaman mikro mereka.
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan, NIM kelompok KBMI IV per November 2023 mencapai 5,44%. Capaian ini masih melampaui angka industri yang hanya menyentuh 4,83%.
Melirik Lima Tahun Terakhir
Jika melihat tren lima tahun terakhir, BRI bertengger di posisi puncak peraih rasio margin bunga bersih tertinggi 6,84% sepanjang 2023, naik 4 basis poin (bps) dibanding capaian tahun sebelumnya, yakni 2022 sebesar 6,8%. Adapun, tren kenaikan ini sebenarnya telah berlannjut sejak 2021, di mana NIM BRI berada di level 6,89%.
Sayangnya pada 2020, NIM BNI hanya mencapai 6%, lantaran fenomena pandemi Covid-19 telah menekan kinerja BRI dari NIM BNI yang sempat tercatat menyentuh 6,98% pada 2019.
Penurunan NIM sendiri nyatanya sejalan dengan perolehan laba kala itu. BBRI sempat mencetak total laba bersih konsolidasian sebesar Rp18,65 triliun pada 2020, lebih rendah 45,65% year on year (yoy) dibandingkan dengan periode sama tahun 2019 senilai Rp34,37 triliun.
Namun, sejalan dengan perbaikan NIM, tentu sedikit banyaknya berpengaruh pada besaran laba saat ini. Tercatat, kini BRI meraih laba bersih konsolidasi Rp60,43 triliun sepanjang 2023. Capaian laba ini melonjak 17,55% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp51,41 triliun.
Margin Bunga BCA, Mandiri, dan BNI
Beralih ke swasta nasional, yakni rasio margin margin bunga bersih (NIM) PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) berada di level 5,54% sepanjang 2023, naik 20 basis poin (bps) dari sebelumnya 5,34% pada sepanjang 2022.
Presiden BCA Jahja Setiaatmadja menilai hal tersebut, lantaran porsi himpunan dana pihak ketiga (DPK) BCA didominasi dana murah atau current account saving account (CASA) mencapai 80%
“Harus dipahami, struktur DPK setiap bank berbeda. Ada bank yang mengandalkan 60%-70% untuk time deposit. Nah, kalau begitu, dari segi sensitive cost. Kalau time deposit naik akan langsung mempengaruhi semua cost of fund [biaya dana] bank tersebut," katanya dalam Paparan Kinerja 2023, Kamis (25/1/2024).
Adapun, sejak lima tahun ke belakang NIM BCA mengalami pasang surut. Tercatat, pada 2019 NIM BCA berada di level terendah pada 2019 lalu, yakni 4,9%. Angka ini kemudian naik 8 bps menjadi 5,7% pada 2020.
Sayangnya, 2021 NIM BCA kembali susut menjadi 5,1%. Akan tetapi, kondisi tersebut kembali pulih pada 2022 dan makin baik pada 2023.
Berbarengan dengan penyusutan NIM, BBCA pernah membukukan laba bersih senilai Rp27,13 triliun sepanjang 2020. Jika dibandingkan dengan kinerja pada 2019, raihan tersebut turun 5,14% yoy. Pada 2019, BBCA ini meraih laba bersih senilai Rp28,6 triliun.
Sebagai informasi, dengan makin perkasanya NIM, profitabilitas BCA pun makin menanjak. Tercermin, bagaimana BCA mengantongi laba sepanjang 2023, naik 19,4% menjadi Rp48,6 triliun secara tahunan.
Pemain bank jumbo lainnya, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatat NIM 2023 sebesar 5,25% naik 9 bps dari sebelumnya 5,16% pada 2022.
Kemudian, pada 2021 menjadi 4,73% naik 25 bps. Adapun, NIM Mandiri mengalami penyusutan drastis hingga 98 bps menjadi 4,48% pada 2020 dari sebelumnya 5,46% pada 2019.
"Untuk jaga NIM stabil potensi kenaikan biaya dana [cost of fund/CoF] diimbangi pangsa transaksional di Livin' dan Kopra," kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatat sepajang 2023, rasio margin bersih berada di level 4,58% naik 23 bps dari 2022 sebesar 4,81%.
Adapun, NIM BNI pada 2021 sebesar 4,67%. Sayangnya pada 2020, NIM BNI menyentuh 4,5%, susut 42 bps dari sebelumnya 4,92% pada 2019.