Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BRI 'Pede' Mampu Guyur Dividen 70%-80% dari Laba 5 Tahun ke Depan

Direktur Utama BRI Sunarso meyakini tebaran dividen BRI masih tinggi hingga 5 tahun ke depan.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso dalam pemaparan kinerja semester pertama 2021 yang dilakukan secara virtual, Jumat (06/8/2021)/ Dok. BRI
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso dalam pemaparan kinerja semester pertama 2021 yang dilakukan secara virtual, Jumat (06/8/2021)/ Dok. BRI

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) telah memutuskan untuk menebar dividen jumbo dengan rasio 80% atau senilai Rp48,1 triliun, hasil laba tahun buku 2023. Direktur Utama BRI Sunarso pun masih yakin, BRI mampu menjaga rasio tebaran dividen tinggi 70%-80% untuk 5 tahun ke depan. 

Berdasarkan gelaran rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada Jumat (1/3/2024), BRI memutuskan untuk memanfaatkan 80% laba tahun buku 2023 atau sebesar Rp48,1 triliun untuk dividen tunai. Adapun, BRI telah meraup laba bersih Rp60,4 triliun pada 2023.

Nilai dividen tunai itu terdiri dari dividen interim tahun buku 2023 sebesar Rp12,67 triliun yang telah dibagikan BRI kepada pemegang saham pada awal tahun ini. Kemudian sisanya akan dibagikan BRI sebanyak Rp35,43 triliun. 

Nilai dividen per saham dari BRI mencapai Rp319 per saham mengacu jumlah saham yang beredar sebanyak 151,55 miliar lembar. Sebanyak Rp84 per saham telah ditebar dalam tebaran dividen interim. Lalu, sisanya menjadi Rp235 per saham.

Sunarso masih yakin ke depan tebaran dividen BRI masih tinggi. "Sampai 5 tahun ke depan, BRI belum perlu tambahan modal. Jadi, berapapun labanya, BRI punya kelonggaran membagikan dividen yang besar. Dalam 5 tahun ke depan 70%-80% itu tidak masalah. Saya proyeksikan mampu membayar dividen dari labanya," katanya dalam konferensi pers RUPST BRI pada Jumat (1/3/2024).

Menurutnya, BRI memiliki rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang tinggi yakni 27%. Sementara, untuk memenuhi ketentuan sesuai standar internasional dalam pengendalian risiko, bank setidaknya membutuhkan CAR 17%.

Alhasil, terdapat kelonggaran CAR di BRI sebesar 10%. "Permodalan kita memang kuat, jadi bagi dividen pun tidak ganggu permodalan," ujarnya.

Sementara, dalam mengendalikan likuiditas pun menurutnya BRI memiliki sumber-sumber aset likuid serta penghimpunan dana masyarakat yang cukup. "LDR [loan to deposit ratio] masih berada di bawah 90%. Kalau mentok 90% pun kita masih punya keleluasaan untuk menumbuhkan kredit," katanya.

Secara historis, BRI memang mencatatkan peningkatan rasio tebarannya setidaknya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Pada tahun lalu membagikan dividen tunai senilai Rp43,5 triliun, mencapai 85% dari total laba bersih 2022.

Dibandingkan dengan rasio dividen pada 2018, yakni sebesar 49%, maka terjadi peningkatan rasio tebaran dividen 36 basis poin (bps) di BRI hingga mencapai 85% pada tahun buku 2022.

Secara beruntun untuk tahun buku 2018, 2019, 2020, dan 2021 rasio dividen BRI mencapai masing-masing 49%, 60%, 65,5%, dan 85%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper