Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Alexandra Askandar menyebut tren pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan yang lebih rendah dibanding laju pertumbuhan kredit tidak perlu dikhawatirkan.
Menurutnya, justru fenomena ini menjadi sinyal pemulihan ekonomi, lantaran para deposan mulai aktif menggunakan dananya untuk konsumsi dan kebutuhan investasi.
Sebagaimana diketahui, pertumbuhan DPK per Desember 2023 tidak sejalan dengan laju penyaluran kredit pada periode yang sama.
Berdasarkan laporan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), per akhir 2023 atau Desember 2023 total DPK nasabah mencapai Rp8.234,2 triliun. Nilai DPK itu tumbuh hanya 3,8% secara tahunan (year on year/yoy). Pada bulan sebelumnya atau November 2023, pertumbuhan DPK juga berada di level 3,8%.
Sementara, kredit pada penghujung 2023 melesat 10,3% yoy menjadi Rp 7.044,8 triliun, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 9,7% yoy.
“Bisnis perbankan kita lihat masih prospektif di tengah gejolak ekonomi dan geopilitik. Para deposan mulai menggunakan dananya untuk konsumsi dan investasi,” ujarnya dalam CNBC Economic Outlook 2024, Kamis (29/2/2024).
Baca Juga
Lebih lanjut, katanya, penurunan DPK terutama valas dipicu oleh penurunan kinerja perdagangan. Namun, dengan pemulihan ekonomi di Indonesia, nyatanya ini memiliki dampak positif pada rendahnya rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) dan peningkatan rasio margin bunga bersih (net interest margin/NIM).
Tercatat, tasio NPL berada di level 2,9% pada 2023 dan NIM meningkat dibanding tahun lalu menjadi 2,45% pada 2023.
“Dengan demikian profitabilitas industri perbankan masih baik. Ini tentunya memberikan optimisme, termasuk harapan ke depan dengan menurunnya suku bunga di yang bergeser di semester II/2024,” ujarnya.
Bagi Alexandra, dengan pemangkasan suku bunga ini mampu memberikan optimisme bagi para pelaku usaha yang pada akhirnya memberikan prospek positif bagi perbankan.
Lebih lanjut, saat disinggung soal relaksasi Covid-19 yang bakal berakhir tak lama lagi, Alexandra menyebut perseroan sendiri sudah siap. Pasalnya, secara bertahap pihaknya telah melakukan stress test dan sensitive analyst dari berbagai aspek.
“Di Bank Mandiri, LAR sudah lebih rendah dibanding Covid-19, ini menjadi indikator utama bahwa kita sudah siap ke kondisi sebelum Covid-19, di mana relaksasi akan dikurangi oleh OJK,” tutupnya.