Bisnis.com, JAKARTA -- Konglomerat Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora secara langsung maupun tidak langsung menguasai lima bank di Tanah Air. Perinciannya, tiga bank berstatus anak usaha yakni PT Bank Mega Tbk. (MEGA), PT Bank Mega Syariah, serta PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).
Tak hanya itu, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora juga terpantau menggenggam kepemilikan saham di beberapa bank daerah, seperti di Bank Sulteng yang memiliki 24,9% saham dan menggenggam sebanyak 24,82% di Bank Sulutgo.
Lalu bagaimana kinerja entitas bisnis bank dari Chairul Tanjung? Rata-rata bank besutan konglomerat terkaya ke-5 di Tanah Air versi Forbes ini mencatatkan peningkatan dari sisi rasio profitabilitasnya yang beragam. Tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) Bank Mega misalnya berada di level 17,62%, susut 553 basis poin (bps) dari 23,15% pada 2022.
Nasib sama juga terjadi pada kedua bank daerahnya, di mana Bank Sulteng mencatatkan ROE 19,9%, susut 27 bps dari sebelumnya 20,17% dan Bank Sulutgo dengan capaian ROE 15,07% dari sebelumnya 16,5%.
Selanjutnya Bank Mega Syariah mencatatkan penyusutan ROE ke level 10,47% pada kuartal III/2023, dari sebelumnya 13,44% pada kuartal III/2022
Baca Juga
Menariknya, apabila ROE MEGA hingga Mega Syariah harus terkoreksi, justru hanya si anak bungsu, Allo Bank yang mencatatkan rasio imbal balik ekuitas yang membaik. Tercatat, ROE BBHI naik 234 bps menjadi 6,7% pada 2023
Sebagaimana diketahui, makin tinggi nilai ROE, maka semakin baik kinerja bank dalam menghasilkan laba bersih. Rasio ini menunjukkan tingginya keuntungan yang dihasilkan oleh bank dari setiap nilai yang diinvestasikan pemegang sahamnya.
Lebih lanjut, sederet bank yang sahamnya dimiliki Mega Corpora pun nyatanya memiliki arah kinerja yang berbeda. Ambil contoh, penyusutan laba dialami Bank Mega, lagi-lagi laba bank digital Allo Bank yang tumbuh perkasa.
- Laba Bank Mega
Lebih rinci, Mega Corpora yang dikendalikan Chairul Tanjung menguasai 58,02% saham MEGA. Entitas ini membukukan laba bersih sepanjang 2023 sebesar Rp3,51 triliun, susut 13,33% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode 2022 sebesar Rp4,05 triliun.
Wakil Direktur Utama Bank Mega Diza Larentie menyebut ada dua faktor yang menjadi penyebab. Pertama, kenaikan biaya dana alias cost of fund. Kedua, adanya tantangan untuk penyaluran kredit.
“BI sudah menaikkan suku bunga beberapa kali seiring The Fed. Kemudian, kredit juga agak bertolak belakang, minta bunganya turun, padahal CoF naik,” ujarnya usai agenda Mega Travel Fair, beberapa waktu lalu (23/2/2024)
Alhasil, Diza menuturkan untuk menekan CoF sendiri, Bank Mega berupaya untuk memperbesar rasio dana murah (current account saving account/CASA) sampai ke level 30%, dari tahun lalu yang hanya memiliki porsi 28,83% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bank Mega juga mencatatkan penurunan kinerja intermediasi. Total kredit bersih yang disalurkan Bank Mega pada 2023 mencapai Rp65,68 triliun, turun 5,78% yoy dari kredit bersih pada 2022 sebesar Rp69,71 triliun. Dengan demikian, aset Bank Mega susut 6,85% yoy menjadi Rp132,04 triliun pada 2023.
Untuk sisi pendanaan, Bank Mega pun mencatatkan penurunan nilai simpanan nasabah 13,12% yoy dari Rp102,94 triliun pada 2022 menjadi Rp89,43 triliun per 2023.
Penurunan simpanan tertinggi terjadi pada jenis giro, susut 20,99% yoy menjadi Rp10,12 triliun. Selain itu, deposito turun 13,28% yoy menjadi Rp63,64 triliun. Lalu, tabungan pun turun 6,31% yoy menjadi Rp15,66 triliun.
- Laba Allo Bank (BBHI)
Sementara itu, PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) yang merupakan bank digital besutan kongsi crazy rich Chairul Tanjung, grup Salim, hingga PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) meraup laba bersih Rp444,57 miliar pada 2023.
Sebagai bank yang dikendaikan Mega Corpora dengan kepemilikan 60,88% saham, laba bank digital ini tercatat naik 64,64% secara tahunan (year–on–year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp270,03 miliar.
Dari sisi intermediasi, emiten bank berkode BBHI ini telah menyalurkan kredit Rp7,39 triliun sepanjang 2023, naik 2,5% yoy. Alhasil, aset bank juga ikut terkerek naik 15,3% menjadi Rp12,75 triliun dari sebelumnya Rp11,06 triliun pada 2022.
Seiring dengan penyaluran kredit, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BBHI berada di level 0,09% pada 2023, naik 8 bps dari level 0,01% pada 2022. Kemudian, NPL nett ada di level 0,05%, naik 4 bps dari sebelumnya 0,01% .
Pada akun pendanaan, BBHI telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp4,9 triliun sepanjang 2023, naik 10,94% dari sebelumnya Rp4,42 triliun. Dana murah atau current account savings account (CASA) bank pun naik 47,1% menjadi Rp513,3 miliar dari sebelumnya Rp348,05 miliar. Adapun, porsi CASA BBHI 10,48% dari total DPK.
- Bank Sulteng
PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah atau Bank Sulteng mencatatkan laba mencapai Rp257,58 miliar pada 2023, naik 4,54% dari sebelumnya Rp246,39 miliar pada 2022.
Berdasarkan laporan keuangan yang dikutip Senin (11/3/2024) kenaikan laba ini terdorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 0,39% atau Rp618,55 miliar pada 2023.
Tak hanya itu, pendapatan berbasis komisi atau fee based income dan pendapatan lainnya melonjak signifikan mencapai Rp25,48 miliar dan Rp87,13 miliar atau masing-masing tumbuh 63,28% dan 51,14%.
Dari sisi intermediasi, Bank Sulteng telah menyalurkan kredit Rp7,07 triliun pada 2023, naik 12,75% dari tahun sebelumnya Rp6,27 triliun pada 2022. Aset pun terkerek naik menjadi Rp12,08 triliun, tumbuh tipis 0,99% dari sebelumnya Rp11,96 triliun pada 2022
Terakhir, dari sisi pendanaan, Bank Sulteng telah meraup dana pihak ketiga (DPK) Rp7,22 triliun, susut 11,31% sepanjang 2023. Dana murah atau current account savings account (CASA) bank pun susut 9,36% menjadi Rp3,96 triliun pada 2023.
- Bank Sulutgo
PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo atau Bank Sulutgo (BSG) sendiri mencatatkan laba bersih Rp250 miliar sepanjang 2023, naik 3,56% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode 2022 sebesar Rp241,4 miliar.
Laba bank terdorong oleh kinerja pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik tipis 2,29% yoy menjadi Rp1,34 triliun.
Dari sisi intermediasi, BSG mencatatkan penyaluran kredit Rp14,85 triliun sepanjang 2023, naik 10% yoy. Aset bank pembangunan daerah (BPD) ini juga meningkat 3,37% yoy menjadi Rp20,85 triliun pada 2023. Bank juga telah menjaga kualitas asetnya.
Tercatat, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross BSG berada di level 2,7% pada 2023, susut dari periode sebelumnya 2,9%. Meskipun, NPL nett naik dari 1,52% ke level 1,61%.
Selanjutnya untuk pendanaan, bank membukukan dana pihak ketiga (DPK) Rp15,5 triliun, turun 4,2% yoy. Adapun, BSG mencatatkan dana murah (current account saving account/CASA) sebesar Rp4,63 triliun atau 29,87% dari DPK.
Kinerja bank ditopang oleh kondisi permodalan yang membaik. Tercatat, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) BSG naik dari 18,51% pada 2022 menjadi 20,4% pada 2023. Modal inti juga menebal dari Rp1,72 triliun menjadi Rp1,77 triliun.
- Bank Mega Syariah
Sayangnya dari sederet bank, hanya PT Bank Mega Syariah yang belum melaporkan kinerjanya sepanjang 2023. Adapun, BMS membukukan laba bersih senilai Rp191,21 miliar pada kuartal III/2023. Raihan laba tersebut terkoreksi tipis 2,22% dari sebelumnya Rp195,55 miliar pada kuartal III/2022.
Adapun, dari sisi rasio penting perusahaan, net operating margin (NOM) turun 33 basis poin (bps) menjadi 1,98% dari yang sebelumnya berada di level 2,31%.
Rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) pun naik 816 basis poin (bps) ke level 75,48% pada kuartal III/2023 dari 67,32% pada periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Semakin tinggi rasio BOPO, semakin besar proporsi pendapatan perusahaan yang harus dikeluarkan untuk biaya-biaya operasional.
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, Bank Mega Syariah mencatat Rp7,44 triliun, angka ini naik 2,29% dari Rp7,27 triliun. Alhasil, total asset BMS ikut terkerek naik Rp14,78 triliun dari sebelumnya Rp14,37 triliun.
Pertumbuhan pembiayaan Bank Mega Syariah juga diimbangi dengan penjagaan rasio kredit macet atau nonperforming financing (NPF). Tercatat, pada September 2023, NPF gross BMS berada di level 0,95%, turun 17 bps dari level 1,12% dan NPF nett di level 0,72% turun 26 bps dari level 0,98%.
Adapun, dari segi perolehan dana pihak ketiga (DPK), Bank Mega Syariah meraup Rp10,5 triliun per kuartal III/2023 dibanding sebelumnya Rp11,81 triliun per kuartal III/2022.