Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat simpanan nasabah di bank pada awal tahun atau Januari 2024 mulai bertumbuh normal dibandingkan akhir tahun lalu. Adapun, tabungan nasabah konglomerat sudah mulai bergeliat pada awal tahun ini.
Berdasarkan laporan Distribusi Simpanan Bank Umum yang dirilis LPS, total nominal simpanan bank umum per Januari 2024 telah mencapai Rp8.486 triliun, tumbuh 6% secara tahunan (year on year/yoy).
Dilihat dari tiering simpanannya, pertumbuhan terjadi pada semua tiering simpanan. Sementara, simpanan nasabah konglomerat atau simpanan dengan nominal di atas Rp5 miliar pun sudah tumbuh bergeliat dibandingkan akhir tahun lalu yang sempat turun.
Tiering simpanan dengan nilai lebih dari Rp5 miliar ini tumbuh 6,3% yoy menjadi Rp4.521 triliun. Nasabah tajir ini pun telah mendominasi keseluruhan nilai simpanan.
"Berdasarkan tiering simpanan, nominal simpanan terbesar terdapat pada tiering simpanan lebih dari Rp5 miliar yang mencakup 53,3% total simpanan," tulis LPS dalam laporannya pada Senin (18/3/2024).
Tiering simpanan lainnya pun mencatatkan pertumbuhan, misalnya simpanan dengan nominal di bawah Rp100 tumbuh 5,4% yoy, atau simpanan dengan nominal Rp100 juta hingga Rp200 juta tumbuh 4,7% yoy.
Baca Juga
Berdasarkan jenis simpanannya, giro tumbuh paling pesat pada awal tahun ini sebesar 9,1% yoy menjadi Rp2.674 triliun. Jenis simpanan lainnya pun bertumbuh seperti tabungan tumbuh 4,4% yoy menjadi Rp2.656 triliun serta deposito tumbuh 4,9% yoy menjadi Rp3.105 triliun.
Pertumbuhan moncer simpanan nasabah di bank umum pada awal tahun ini terjadi setelah akhir tahun lalu mengalami lesu. Tercatat, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) per Desember 2023 tumbuh hanya 3,8% yoy, melambat dibandingkan Desember 2022, di mana DPK masih bisa tumbuh di level 9,3%.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pertumbuhan DPK pada 2023 awalnya dianggap akan kembali ke normal karena ada adjustment. Akan tetapi, pada kenyataannya DPK hanya tumbuh 3,8%.
"Ada beberapa hal yang menyebabkan DPK melambat, sebagian dana dipakai ekspansi," tuturnya dalam acara Konferensi Pers Penetapan Tingkat Suku Bunga Penjaminan LPS pada Selasa (30/1/2024).
Purbaya menjelaskan dari sisi tiering nominal simpanannya, perlambatan terjadi pada tiering simpanan nasabah kaya atau nominal di atas Rp5 miliar. Sementara, nilai simpanan nasabah di atas Rp5 miliar banyak yang merupakan nasabah korporasi.
Adapun, dari sisi korporasi banyak simpanan dipakai untuk menjalankan ekspansi. "Mereka beralih memakai uang sendiri untuk usahanya. Ini karena bunga pinjaman naik, sehingga mereka pakai uang mereka terlebih dahulu sampai habis," ujarnya.
Selain itu, ada dampak dari unintended contruction policy atau kebijakan konstruksi yang tidak diinginkan, entah dari fiskal dan moneter yang membuat DPK melambat.
Purbaya mengatakan pertumbuhan DPK akan segera membaik lagi pada tahun ini. "Apalagi didorong kebijakan moneter, The Fed juga akan mengurangi tekanannya. Uang di paruh kedua akan lebih banyak beredar di sistem. Ekonomi bergerak, simpanan makin tinggi, kami perkiraan akan kembali normal 6%-7%," ujarnya.