Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) sedang bersiap untuk mengakuisisi dua perusahaan leasing sekaligus, yakni PT Oto Multiartha (OTO) dan PT Summit Oto Finance (SOF). Melalui akuisisi tersebut, aset Bank BTPN pun akan membesar.
BTPN akan menggelar konferensi pers terkait dengan finalisasi akuisisi OTO dan SOF pada hari ini, Rabu (27/3/2024) di Menara BTPN.
"Sebagai perwujudan komitmen untuk menyediakan solusi keuangan yang komprehensif dan semakin relevan bagi nasabah, Bank BTPN resmi mengumumkan rencana akuisisi terhadap dua perusahaan pembiayaan, OTO dan SOF," demikian dalam undangan konferensi pers yang diperoleh Bisnis pada Selasa (26/3/2024).
Manajemen BTPN menjelaskan bahwa aksi korporasi tersebut menjadi tonggak penting bagi perseroan yang telah bertransformasi menjadi bank universal.
Dengan akuisisi tersebut, BTPN dapat meneruskan ekspansi bisnis yang berkelanjutan dengan menangkap potensi pertumbuhan di sektor pembiayaan kendaraan bermotor.
Baca Juga
Rencana akuisisi memang telah diungkap BTPN dalam prospektus right issue BTPN yang akan digelar awal tahun ini. BTPN bakal melakukan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD II) atau right issue dengan menawarkan 2,58 miliar saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp20 per saham atau sebanyak 24,32% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Harga pelaksanaannya dipatok Rp2.600 per saham. Alhasil, jumlah dana yang akan diterima BTPN dalam rangka PMHMETD II ini senilai Rp6,73 triliun.
Dalam prospektus, Manajemen BTPN menjelaskan penggunaan dana hasil right issue itu di antaranya untuk akuisisi.
"Sebesar kurang lebih 62,4% untuk melakukan ekspansi dan investasi usaha salah satunya melalui pengambilalihan perusahaan yang bergerak di kegiatan usaha pembiayaan yaitu OTO dari PT Summit Auto Group yang merupakan anak perusahaan dari Sumitomo Corporation [Grup SC] dan SMBC," tulis Manajemen dalam keterbukaan informasi pada akhir tahun lalu (11/12/2023).
Kemudian, kurang lebih 37,2% dana hasil right issue juga akan dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi dan investasi usaha salah satunya melalui akuisisi perusahaan yang bergerak di kegiatan usaha pembiayaan yaitu SOF dari PT Summit Auto Group yang merupakan anak perusahaan dari Grup SC dan SMBC.
BTPN sendiri merupakan bank besutan SMBC, di mana per 29 Februari 2024 SMBC mengggenggam kepemilikan 88,53% di BTPN sebagai pemegang saham pengendali.
Dalam gelaran right issue itu, SMBC akan mengambil haknya. SMBC juga akan menjadi pembeli siaga right issue BTPN.
Sementara itu, Manajemen BTPN menjelaskan bahwa harga pengambilalihan saham OTO dan SOF merupakan total valuasi berdasarkan laporan keuangan yang diaudit per 31 Desember 2023.
Harga pengambilalihan saham OTO dan SOF juga tunduk pada mekanisme penyesuaian harga yang akan diperhitungkan berdasarkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada akhir bulan yang jatuh satu bulan sebelum tanggal penandatanganan akta pengambilalihan atau tanggal lain yang disepakati bersama oleh para pihak secara tertulis.
Kemudian, apabila dana hasil PMHMETD II ini tidak mencukupi, perseroan masih memiliki alternatif pembiayaan yang antara lain berasal dari kas internal perseroan untuk akuisisi.
Manajemen BTPN juga memperkirakan bahwa dengan adanya right issue dan akuisisi itu aset akan bertambah. Mengacu laporan keuangannya, nilai aset BTPN telah mencapai Rp201,44 triliun pada 2023.
Capaian aset bank terdorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah konsolidasi yang mencapai Rp156,56 triliun pada 2023, tumbuh 7,14% yoy.
Adapun, mengacu dari laporan tahunan, aset Summit Oto Finance tercatat Rp8,41 triliun pada 2022, sedangkan aset Oto Multiartha senilai Rp14,91 triliun pada 2023.
Pertumbuhan Anorganik Bank
Sebelumnya, Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menilai aksi korporasi BTPN terhadap dua perusahaan leasing ini bisa membuat bank bertumbuh secara anorganik di portofolio pembiayaan ritel (retail financing). Pasalnya, OTO dan SOF memiliki bisnis di pembiayaan mobil dan motor.
“Pembiayaan mobil dan motor sekarang tidak semuanya juga konsumtif, itu ada yang sifatnya produktif untuk kegiatan usaha UMKM [usaha mikro, kecil, dan menengah]. Bank kan kondisinya untuk biayai UMKM,” kata Suwandi saat dihubungi Bisnis, pada akhir tahun lalu (14/12/2023).
Artinya, lanjut Suwandi, perbankan tumbuh dengan mengakuisisi ritel multifinance dan bisa tumbuh secara inorganik lewat aksi ini. “Mereka pakai konsep joint financing dan pinjamannya bisa dibukukan di banknya. Sebagai anak perusahaan kan lebih nyaman,” sambungnya.
Suwandi pun tak mengelak aksi BTPN yang mengakuisisi Oto Multiartha dan Summit Oto Finance bakal membuat dua leasing ini mencicipi keuntungan sebagai anak usaha BTPN.
“Bisa lihat bagaimana Danamon bisa membukukan profit yang tinggi dari bagaimana dia memiliki Adira [Finance], bagaimana Maybank memiliki WOM Finance, bagaimana Mandiri memiliki Mandiri Tunas dan Mandiri Utama,” ungkapnya.
Jika berbicara keuntungan, Suwandi menuturkan leasing akan semakin kuat permodalannya karena akan mendapatkan kucuran dana dari perbankan. “Karena sudah jadi anak perusahaan,” sambungnya.
Menurut Suwandi, berlanjutnya aksi bank mengakuisisi leasing ke depan sangat tergantung dari strategi yang dilakukan perbankan.
“Tapi pasti akan ada [perbankan yang kembali mengakuisisi perusahaan leasing]. Ada [bank] yang mungkin memang dia mau fokus di korporasi dan melepas ritel,” imbuhnya.