Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Kompak 'Suntik Mati' Ribuan ATM di RI, Ini Biang Keroknya

OJK mencatat bank kompak tutup ATM di Indonesia dalam setahun terakhir.
Nasabah bertransaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Center, Jakarta, Minggu (30/10). /Bisnis-Abdurachman
Nasabah bertransaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Center, Jakarta, Minggu (30/10). /Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Tercatat, industri perbankan di RI kompak 'suntik mati' ribuan terminal ATM dalam setahun seiring dengan masifnya transaksi digital banking.

Berdasarkan data Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini, jumlah terminal ATM/CRM/CDM di bank umum mencapai 91.412 unit pada akhir 2023. Terjadi penurunan 2.604 terminal ATM/CRM/CDM di bank, dibandingkan akhir 2022 sebanyak 94.016 terminal.

Selain jumlah ATM, transaksi memakai kartu ATM pun turun. Mengacu statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI), jumlah transaksi kartu ATM turun 7,33% secara tahunan (year on year/yoy) pada Januari 2024, menjadi 583,02 juta transaksi.

Adapun, nilai transaksi kartu ATM dan debit turun 7,68% yoy menjadi Rp593,43 triliun pada Januari 2024.

Penurunan jumlah ATM dan transaksinya itu terjadi seiring dengan pesatnya digitalisasi perbankan. BI mencatat nilai transaksi digital perbankan pada awal tahun atau Januari 2024 telah mencapai Rp5.335,33 triliun, tumbuh 17,19% yoy.

Nilai transaksi uang elektronik meningkat 39,28% yoy mencapai Rp83,37 triliun pada Januari 2024. Sementara, nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh pesat 149,46% yoy, mencapai Rp31,65 triliun.

Jumlah pengguna QRIS mencapai 46,37 juta dan jumlah merchant 30,88 juta, yang sebagian besar merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

"Kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital tetap kuat didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo pada beberapa waktu lalu.

Direktur Retail Funding and Distribution PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Andrijanto mengatakan di BRI pun terjadi penurunan transaksi ATM 14% yoy. Penurunan transaksi ATM ini terutama terjadi untuk transaksi tarik tunai. Namun aktivitas setor tunai melalui mesin CRM BRI meningkat seiring peningkatan perbaikan bisnis proses.

"Penyebab turunnya tarik tunai di ATM ini salah satunya disebabkan oleh makin terbiasanya masyarakat bertransaksi melalui BRImo dan channel digital," kata Andrijanto kepada Bisnis.com.

Andrijanto mengatakan untuk tahun ini, BRI juga memproyeksikan transaksi di ATM akan menurun 10%. "Hal ini mengingat shifting perilaku yang terjadi di masyarakat serta berbagai inisiatif penguatan platform digital yang berdampak pada shifting dari transaksi cash menjadi cashless," katanya. 

Meski begitu, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) masih mencatatkan peningkatan transaksi ATM dan masih menilai peran penting ATM.

Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan hingga akhir Desember 2023, BCA memiliki 19.047 ATM yang tersebar di berbagai daerah. Jumlah ATM di BCA juga dalam tren meningkat dari tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 75% merupakan ATM setor tarik.

"BCA melihat kehadiran mesin ATM masih berperan penting dan menjadi pilihan masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan," ujar Hera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper