Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI dikabarkan akan kedatangan investor strategis dari Timur Tengah. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) pun buka suara soal nasib pengembangan BSI ke depan.
Direktur Keuangan & Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan Bank Mandiri saat ini sedang mengkaji kemungkinan adanya partner strategis di BSI. Namun, Bank Mandiri tetap berkomitmen menjaga posisi pemegang saham di BSI.
"Kami akan terus berkonsultasi, agar strategi BSI in-line dengan pengembangan bisnis Bank Mandiri," kata Sigit dalam paparan kinerja Bank Mandiri pada Selasa (30/4/2024).
Menurutnya, Bank Mandiri akan fokus mengembangkan BSI sebagai mesin pertumbuhan bisnis syariah. "Fokus pembiayaan high yield yang optimal," tuturnya.
Saat ini, Bank Mandiri merupakan pemegang saham pengendali BSI dengan menggenggam kepemilikan saham sebesar 51,47%.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) pun saat ini menggenggam kepemilikan saham di BSI dengan porsi masing-masing 15,38% serta 23,24%.
Baca Juga
Namun, BRI dan BNI diproyeksikan untuk mendivestasikan kepemilikan sahamnya di BSI. Kemudian, posisi yang ditinggalkan BRI dan BNI akan diisi investor strategis baru.
Kabar terbaru, muncul ketertarikan dari calon investor strategis asal Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yakni Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB). Dilansir dari Reuters, sumber yang enggan disebutkan namanya menjelaskan bahwa BSI dan ADIB sedang berdiskusi atas pembelian saham minoritas dengan nilai sekitar US$1,1 miliar.
Akan tetapi, sumber tersebut menegaskan bahwa diskusi masih dalam tahap awal dan belum ada jaminan kesepakatan. Adapun, potensi porsi akuisisi mencapai 15%.
Kementerian BUMN sendiri saat ini terus berproses menggaet investor strategis baru bagi BSI. Dalam roadshow ke Timur Tengah pada awal Oktober lalu, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan sebagian investor global ingin masuk sebagai pemegang saham BSI dengan komposisi sebesar 15%-20%. Adapun tawaran yang diberikan berkisar di angka 10% hingga 11%.
“Mereka ingin masuk kalau bisa lebih dari 10%, tidak seperti yang kami tawarkan hanya 10% - 11%. Kalau bisa 15% atau 20% sehingga menjadi strategic partner,” kata Erick dalam konferensi pers di Gedung Kementerian BUMN, pada akhir tahun lalu (19/12/2023).
Sebelumnya, Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan BSI memang tidak memiliki kendali penuh atas keputusan masuknya investor strategis dan sepenuhnya akan mengikuti arahan sesuai dengan keputusan para pemegang saham.
Namun, Hery mengatakan sebagai bank syariah yang terus berkembang, perseroan tidak pernah menutup peluang untuk berekspansi tergantung kebutuhan dan situasi yang ada, termasuk dengan adanya investor strategis baru.
Hery menyebut, selain itu penting bagi BSI untuk mengelola modal dan ketersediaan dana dengan optimal. “Pertumbuhan memang harus di-drive dari dua sisi, organik dan non-organic. Di BSI sendiri pertumbuhan organik sangat masif, tercermin dari capaian yang rerata dobel digit, ini menunjukkan upside dari pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia ini sangat lebar,” katanya.